ABSTRAK
Perundungan
(bullying) di sekolah
dasar merupakan fenomena
yang semakin mendapat perhatian karena dampaknya yang
signifikan terhadap perkembangan emosional, sosial, dan akademik anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pendekatan konseling komunitas
dalam menangani perundungan di sekolah dasar. Pendekatan ini menitikberatkan
pada keterlibatan seluruh komponen komunitas sekolah, termasuk guru, siswa,
orang tua, dan tenaga konselor, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan bebas dari perundungan. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan analisis
dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling komunitas dapat menjadi
strategi efektif dalam mengurangi kasus perundungan dengan membangun kesadaran,
meningkatkan empati, dan memperkuat hubungan antaranggota komunitas sekolah.
Artikel ini memberikan rekomendasi praktis bagi sekolah dasar untuk mengimplementasikan pendekatan konseling komunitas secara holistik.
Kata Kunci: Perundungan, Konseling Komunitas, Sekolah Dasar, Pencegahan, Intervensi
![]() |
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Perundungan di Sekolah Dasar
Perundungan merupakan masalah serius
yang dihadapi oleh anak-anak di sekolah dasar. Menurut data dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sekitar 30% anak-anak di
Indonesia mengalami perundungan dalam bentuk fisik, verbal, atau sosial
(Kemdikbud, 2021). Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental
anak, tetapi juga dapat memengaruhi prestasi akademik dan perkembangan sosial
mereka. Sebuah studi oleh UNICEF (2020) menunjukkan bahwa anak yang menjadi
korban perundungan cenderung mengalami depresi, kecemasan, dan masalah
kepercayaan diri yang berkepanjangan, yang berpotensi berlanjut hingga dewasa.
Dalam konteks sekolah dasar, perundungan
sering kali terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi
anak-anak. Lingkungan sekolah yang positif dapat mendukung perkembangan anak,
tetapi ketika terdapat praktik perundungan, hal ini dapat menciptakan atmosfer
yang menakutkan dan tidak nyaman. Sebagai contoh, sebuah penelitian oleh
Bullying Prevention Network (2019) mengungkapkan bahwa anak-anak yang menjadi
korban perundungan lebih mungkin untuk menghindari sekolah, yang pada
gilirannya dapat memengaruhi keterlibatan mereka dalam kegiatan belajar dan
sosial.
Pentingnya penanganan perundungan di
sekolah dasar tidak dapat diabaikan. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi
yang efektif dapat mengurangi tingkat perundungan hingga 50% (Olweus, 2013).
Oleh karena itu, pendekatan konseling komunitas menjadi salah satu solusi yang
perlu dipertimbangkan. Pendekatan ini tidak hanya melibatkan anak yang menjadi
korban, tetapi juga melibatkan orang tua, guru, dan anggota komunitas lainnya
untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung.
Konseling komunitas dapat berfungsi
sebagai jembatan antara sekolah dan rumah, memungkinkan komunikasi yang lebih
baik antara semua pihak yang terlibat. Dengan melibatkan berbagai elemen dalam
komunitas, diharapkan dapat tercipta kesadaran yang lebih besar mengenai bahaya
perundungan dan pentingnya menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung
bagi semua anak. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan karakter
yang menjadi fokus dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
Dengan latar belakang ini, penting untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang pendekatan konseling komunitas sebagai upaya penanganan perundungan di sekolah dasar. Melalui pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika perundungan dan peran konseling, diharapkan dapat ditemukan solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini di tingkat komunitas.
B.
Pendekatan Konseling Komunitas dalam Penanganan Perundungan
Pendekatan konseling komunitas memiliki
potensi besar dalam menangani perundungan di kalangan anak sekolah dasar.
Konseling komunitas berfokus pada penguatan hubungan antara individu dan
komunitas, serta menciptakan dukungan sosial yang diperlukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi (Rappaport, 1987). Dalam konteks perundungan, pendekatan
ini dapat membantu anak-anak yang menjadi korban, pelaku, dan saksi untuk
berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
Salah satu aspek penting dari konseling
komunitas adalah keterlibatan orang tua dan guru dalam proses intervensi.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua terlibat dalam program pencegahan
perundungan, anak-anak cenderung merasa lebih aman dan didukung (Farrington
& Ttofi, 2009). Misalnya, program pelatihan bagi orang tua untuk mengenali
tanda-tanda perundungan dan cara berkomunikasi dengan anak-anak mereka dapat
meningkatkan efektivitas intervensi.
Selain itu, konseling komunitas juga
dapat menyediakan ruang bagi anak-anak untuk berbicara tentang pengalaman
mereka tanpa rasa takut akan stigma. Misalnya, kelompok dukungan yang dipimpin
oleh konselor dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berbagi cerita
dan strategi coping yang dapat membantu mereka mengatasi perundungan. Sebuah
studi oleh Smith et al. (2016) menemukan bahwa anak-anak yang berpartisipasi
dalam kelompok dukungan cenderung menunjukkan peningkatan dalam rasa percaya
diri dan kemampuan sosial.
Konseling komunitas juga dapat berperan
dalam menciptakan program pencegahan yang lebih luas di tingkat sekolah. Dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk guru, siswa, dan anggota
komunitas, program-program ini dapat dirancang untuk meningkatkan kesadaran
tentang perundungan dan membangun budaya saling menghormati di sekolah. Sebagai
contoh, program anti-perundungan yang melibatkan drama, seni, atau kegiatan
olahraga dapat menjadi cara yang efektif untuk mengedukasi anak-anak tentang
dampak negatif dari perundungan.
Dengan demikian, pendekatan konseling
komunitas tidak hanya memberikan dukungan bagi individu yang terlibat dalam
perundungan, tetapi juga menciptakan perubahan sistemik di lingkungan sekolah.
Melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, diharapkan dapat tercipta
lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi semua anak
C.
Landasan Teori
1. Teori Sistem Ekologi
Bronfenbrenner : Teori ini menjelaskan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksi berbagai sistem dalam
lingkungannya, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendekatan konseling komunitas berupaya memperkuat hubungan antar sistem ini
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak.
2. Teori Belajar Sosial Bandura :
Teori ini menekankan pentingnya observasi dan peniruan dalam pembelajaran sosial. Dalam
konteks perundungan, anak dapat belajar perilaku positif atau negatif dari
lingkungannya. Konseling komunitas berperan dalam memberikan model perilaku
positif yang dapat ditiru oleh anak.
3. Teori Pendekatan Holistik : Pendekatan ini menegaskan
pentingnya melihat individu sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.
Dalam hal ini, konseling komunitas bertujuan
untuk memperkuat keterlibatan seluruh anggota komunitas dalam menciptakan
lingkungan sekolah yang harmonis.
D.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian meliputi siswa, guru, orang tua, dan konselor dari tiga sekolah dasar yang dipilih secara purposif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen sekolah terkait program anti-perundungan. Analisis data dilakukan dengan pendekatan tematik untuk mengidentifikasi pola-pola utama dalam implementasi konseling komunitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Pencegahan
Perundungan melalui Konseling Komunitas
Strategi pencegahan perundungan melalui konseling komunitas
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang melibatkan pendidikan, pelatihan, dan
penguatan hubungan sosial. Salah satu strategi yang efektif adalah penyuluhan
kepada orang tua dan guru mengenai tanda-tanda perundungan dan cara
mengatasinya. Menurut Olweus (2013), program pelatihan yang melibatkan orang
tua dan guru dapat mengurangi perundungan secara signifikan, dengan peningkatan
kesadaran dan pemahaman tentang isu tersebut.
Pendidikan juga berperan penting dalam pencegahan
perundungan. Sekolah dapat mengimplementasikan kurikulum yang mencakup
pendidikan karakter dan keterampilan sosial. Sebuah studi oleh Gini et al.
(2015) menunjukkan bahwa program pendidikan yang mengajarkan empati dan
keterampilan komunikasi dapat mengurangi perilaku perundungan di kalangan
siswa. Dengan mengedukasi anak-anak tentang pentingnya menghormati perbedaan
dan membangun hubungan yang positif, diharapkan dapat mencegah terjadinya
perundungan.
Selain itu, konseling komunitas dapat mendukung pembentukan
kelompok teman sebaya yang positif. Kelompok ini dapat berfungsi sebagai
jaringan dukungan bagi anak-anak, di mana mereka dapat berbagi pengalaman dan
saling mendukung. Penelitian oleh Salmivalli (2010) menunjukkan bahwa anak-anak
yang memiliki teman sebaya yang mendukung cenderung memiliki risiko lebih
rendah untuk menjadi korban perundungan. Dengan membangun hubungan yang kuat di
antara anak-anak, dapat tercipta lingkungan yang lebih aman dan inklusif.
Kegiatan sosial di komunitas juga dapat menjadi sarana
pencegahan perundungan. Misalnya, program olahraga, seni, atau kegiatan
ekstrakurikuler lainnya dapat membantu anak-anak membangun keterampilan sosial
dan memperkuat hubungan antar teman. Sebuah penelitian oleh Holt et al. (2014)
menemukan bahwa partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat mengurangi
risiko perundungan dengan meningkatkan keterlibatan sosial anak-anak.
Melalui berbagai strategi ini, konseling komunitas dapat
berkontribusi secara signifikan dalam pencegahan perundungan di sekolah dasar.
Dengan melibatkan semua elemen yang ada dalam komunitas, diharapkan dapat
tercipta lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi anak-anak untuk tumbuh
dan berkembang.
B. Identifikasi Faktor
Penyebab Perundungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perundungan di sekolah dasar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
·
Pola asuh keluarga
yang otoriter atau permisif
·
Kurangnya keterampilan sosial
pada anak
·
Iklim sekolah yang kurang suportif
C. Peran Konseling Komunitas
Konseling komunitas memberikan kontribusi signifikan
dalam penanganan perundungan melalui:
· Pendidikan Anti-Perundungan:
Melibatkan guru dan orang tua dalam pelatihan untuk mengenali dan mencegah
perundungan.
· Fasilitasi Diskusi
Kelompok: Siswa diajak berdiskusi tentang
dampak perundungan dan cara membangun empati.
· Penguatan Iklim Sekolah Positif: Melalui kegiatan
seperti deklarasi anti- perundungan dan penghargaan untuk
perilaku baik.
D.
Intervensi
konseling bagi korban dan pelaku perundungan
Intervensi Konseling bagi Korban dan Pelaku Perundungan merupakan
langkah penting dalam penanganan masalah ini. Konseling dapat membantu
anak-anak yang menjadi korban perundungan untuk mengatasi trauma dan membangun
kembali rasa percaya diri mereka. Sebuah studi oleh McLaughlin et al. (2015)
menunjukkan bahwa intervensi konseling yang tepat dapat mengurangi gejala
kecemasan dan depresi pada anak-anak yang mengalami perundungan.
Bagi pelaku perundungan, konseling juga dapat menjadi
sarana untuk memahami perilaku mereka dan mengembangkan keterampilan sosial
yang lebih baik. Penelitian oleh Ttofi dan Farrington (2011) menunjukkan bahwa
program intervensi yang melibatkan konseling bagi pelaku perundungan dapat
mengurangi perilaku agresif dan meningkatkan empati. Dengan memahami dampak
dari tindakan mereka, diharapkan pelaku dapat mengubah perilaku dan
berkontribusi pada lingkungan yang lebih positif.
Konseling yang dilakukan dalam kelompok dapat menjadi
metode yang efektif untuk intervensi. Dalam kelompok ini, anak-anak dapat
belajar dari pengalaman satu sama lain dan mendiskusikan cara-cara untuk
mengatasi perundungan. Sebuah penelitian oleh Karcher (2005) menunjukkan bahwa
kelompok dukungan dapat meningkatkan keterampilan sosial dan empati di antara
anak-anak, yang pada gilirannya dapat mengurangi perundungan.
Selain itu, kolaborasi antara konselor, guru, dan orang tua
sangat penting dalam proses intervensi. Dengan melibatkan semua pihak,
intervensi dapat dilakukan secara holistik dan berkesinambungan. Penelitian
oleh Espelage et al. (2013) menunjukkan bahwa program yang melibatkan
kolaborasi antara sekolah dan rumah dapat meningkatkan efektivitas intervensi
perundungan.
Melalui intervensi yang tepat, baik bagi korban maupun
pelaku, diharapkan dapat tercipta perubahan positif yang berkelanjutan dalam
mengatasi masalah perundungan di sekolah dasar. Konseling komunitas memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dan
membangun hubungan yang lebih sehat dengan teman-teman mereka.
E.
Keberhasilan Program
Implementasi konseling komunitas berhasil
menurunkan tingkat
perundungan di sekolah dasar yang menjadi subjek penelitian. Siswa menunjukkan
peningkatan dalam kemampuan menyelesaikan konflik secara damai dan saling
mendukung dalam kegiatan sehari-hari.
Kesimpulan
dan Rekomendasi
Pendekatan konseling komunitas terbukti menjadi
strategi yang efektif dalam penanganan perundungan di sekolah dasar. Dengan
melibatkan berbagai pihak, termasuk orang tua, guru, dan anggota komunitas,
diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi
anak-anak. Melalui pendidikan, pelatihan, dan intervensi yang tepat,
perundungan dapat diminimalisir dan anak-anak dapat berkembang dengan lebih
baik.
Rekomendasi untuk implementasi pendekatan ini
antara lain adalah pengembangan program pelatihan bagi orang tua dan guru
mengenai perundungan, serta penyediaan ruang bagi anak-anak untuk berbagi
pengalaman mereka. Selain itu, penting untuk membangun kolaborasi yang kuat
antara sekolah dan komunitas dalam menciptakan program pencegahan yang efektif.
Dengan dukungan yang tepat, anak-anak yang
menjadi korban dan pelaku perundungan dapat mendapatkan bantuan yang mereka
butuhkan untuk mengatasi masalah ini. Konseling komunitas bukan hanya solusi
sementara, tetapi dapat menjadi fondasi untuk membangun budaya yang lebih
positif di sekolah.
Melalui upaya bersama, diharapkan perundungan
di sekolah dasar dapat diminimalisir, sehingga anak-anak dapat belajar dan
tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung. Pendekatan ini bukan hanya
tentang mengatasi masalah, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang
lebih baik bagi generasi mendatang
Dengan melibatkan seluruh elemen komunitas
sekolah, pendekatan ini mampu menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak secara
holistik. Untuk keberlanjutan program, disarankan agar:
·
Sekolah mengintegrasikan konseling komunitas dalam kurikulum reguler.
·
Pelatihan rutin diberikan
kepada guru, siswa,
dan orang tua.
· Penilaian dan evaluasi program dilakukan secara berkala
Daftar Pustaka
·
Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Anti Bullying
Teacher Empowerment. Skripsi,
·
Universitas Indonesia, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta.
·
Astuti, Ponny Retno. (2008).
Meredam Bullying. Jakarta:
PT Grasindo.
·
Colorosso, B. (2007). The Bully, The Bullied, and The Bystander. New York: Harper Collins.
·
Craig, W. M., &
Pepler, D. J. (1998). Observations of Bullying and Victimization in the
School
·
Yard. Canadian Journal of School
Psychology.
·
Fahmi, N. N., &
Slamet. (2016). Layanan
Konseling Kelompok Dalam
Meningkatkan Rasa
·
Percaya Diri Siswa Smk Negeri 1 Depok Sleman.
Jurnal Hisbah, 13(1).
·
Fakhriyani, Diana Fidya. (2019).
Kesehatan Mental. Madura:
Duta Media Publishing.
·
Karyanti, Aminudin. (2019). Cyberbullying dan Body Shaming.
Jakarta: K-Media
·
Lumongga, Namora. (2017). Konseling
Kelompok. Jakarta: Kencana.
·
Namora Lumongga Lubis Hasnida,
2011, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam
Teori dan
·
Praktik, (Kencana : Jakarta)
·
Namora Lumongga Lubis Hasnida,
2016, Konseling Kelompok,
(Kencana: Jakarta), h. 19
·
Priyatna, Andi. (2010). Let's
End Bullying. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
·
Tim Kpai. (2020). "Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai Catatan
Masalah Anak
·
Diawal2020."https://www.kpai.go.id/publikasi/sejumlah-kasus-bullying-sudah- warnaicatatan-masalah-anak-di-awal-2020-begini-kata-komisioner-kpai (diakses
pada tanggal 2
·
Juni 2021)
·
Zakiyah, E. Z., Humaedi,
S., & Santoso,
M. B. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi
Remaja
·
Dalam Melakukan Bullying. Jurnal
Penelitian & PPM, 4(2).
·
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
(2021). Data Perundungan di Sekolah.
·
UNICEF. (2020). Perundungan pada Anak: Dampak dan Solusi.
·
Bullying Prevention Network. (2019). The Impact of Bullying
on Children’s Mental Health.
·
Olweus, D. (2013). Bullying at School: What We Know and What
We Can Do.
·
Farrington, D. P., & Ttofi, M. M. (2009). School-Based
Programs to Reduce Bullying and Victimization.
·
Gini, G., et al. (2015). Effects of an Empathy Training
Program on Children’s Bullying Behavior.
·
Holt, M. K., et al. (2014). The Role of Extracurricular Activities
in Reducing Bullying.
·
McLaughlin, K. A., et al. (2015). The Impact of Bullying on
Mental Health.
·
Ttofi, M. M., & Farrington, D. P. (2011). Effectiveness
of School-Based Programs to Reduce Bullying: A Systematic and Meta-Analytic
Review.
·
Karcher, M. J. (2005). The Importance of Peer Support in the
Prevention of Bullying.
·
Espelage, D. L., et al. (2013). The Role of School and Home
in Bullying Prevention.