Oleh : H.S. Miharja
Dalam kehidupan seorang
Muslim, institusi agama baik dalam bentuk masjid, majelis ilmu, pesantren,
maupun komunitas keislaman berfungsi sebagai wadah pembinaan ruhani dan
penguatan identitas keagamaan. Ikatan yang kuat antara individu dengan
institusi agama sangat penting untuk menjaga kesinambungan iman dan amal
shalih. Tanpa keterikatan tersebut, seseorang mudah terseret dalam arus
sekularisasi yang mengikis peran agama dalam kehidupan sosial dan spiritual.
Ikatan ini bukan
sekadar formalitas keanggotaan, melainkan sebuah pertautan ruhani yang membuat
individu tumbuh dalam lingkungan yang mendukung nilai-nilai ilahiah. Rasulullah
ﷺ membangun institusi masjid bukan hanya untuk shalat, tetapi juga sebagai
pusat dakwah, pendidikan, solidaritas, dan peneguhan iman. Dalam konteks
modern, pengikatan diri ini menjadi benteng dari derasnya pengaruh pemikiran
sekuler yang menafikan peran agama.
Konsep Sekularisasi
Memisahkan Religi dengan Keseharian
Secara etimologis,
sekularisasi berasal dari kata Latin saeculum yang berarti duniawi atau masa
kini. Dalam perkembangan sosial, sekularisasi mengacu pada proses pelepasan
peran agama dari lembaga-lembaga sosial, pendidikan, hukum, dan pemerintahan.
Peter L. Berger,
seorang sosiolog ternama, mendefinisikan sekularisasi sebagai “pengurangan
signifikansi sosial dari simbol-simbol keagamaan.” Dalam masyarakat yang
terdampak sekularisasi, agama dipersempit menjadi urusan pribadi dan dilepaskan
dari peran sosial.
Sekularisasi dalam
Pandangan Islam
Islam sebagai agama
yang syamil wa kamil (menyeluruh dan sempurna) tidak mengenal dikotomi antara
dunia dan akhirat, atau antara ibadah dan aktivitas duniawi. Dalam Islam,
setiap aktivitas yang diniatkan karena Allah dapat menjadi ibadah.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Katakanlah:
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam." (QS. Al-An’am: 162)
Ditunjukkan bahwa
kehidupan seorang Muslim tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai ketuhanan.
Maka, sekularisasi bertentangan langsung dengan ajaran dasar Islam.
Dampak Sekularisasi
terhadap Amal Keagamaan
Sekularisasi menjauhkan
motivasi ibadah dari tujuan ilahi menjadi sekadar rutinitas atau simbolisme
belaka. Amal ibadah menjadi kosong dari makna ruhani.
قال رسول الله ﷺ: «إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل
امرئ ما نوى...»
"Sesungguhnya
segala amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan memperoleh sesuai
dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sekularisasi mengurung
agama ke ruang privat dan mengeluarkannya dari ranah publik. Hal ini menghambat
penyebaran nilai-nilai Islam secara sosial.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ...
"Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan dan menyuruh
kepada yang ma’ruf..." (QS. Ali ‘Imran: 104)
Ritual keagamaan
menjadi formalitas tanpa ruh, karena kurangnya pembinaan institusional yang
mendalam.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ
لِذِكْرِ اللَّهِ...
"Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah..."
(QS. Al-Hadid: 16)
Tantangan Terhadap
Kedekatan Diri kepada Allah
Sekularisasi menyusup
secara halus melalui berbagai bentuk. Materialisme ekstrem, membuat manusia
lebih mencintai dunia. Individualisme,
melemahkan solidaritas keagamaan dan ukhuwah. Kehilangan orientasi akhirat,
karena kurangnya penguatan nilai-nilai spiritual dari lembaga keagamaan.
Strategi Menghadapi
Sekularisasi
Berada dalam lingkungan
yang saleh, aktif mengikuti kajian dan kegiatan masjid, pesantren dapat menjaga
kestabilan spiritual. Masjid bukan hanya tempat shalat, tetapi juga pusat
pendidikan, ekonomi umat, dan kontrol sosial.
Pendidikan Islam harus
menghadirkan integrasi sintesis antara ilmu agama dan ilmu dunia, agar generasi
tidak terjerumus pada pemikiran sekuler. Perlu latihan pembiasaan amal Ibadah
dalam Semua Aspek Hidup. Menjadikan seluruh aktivitas sebagai ibadah akan
memperkokoh ketakwaan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Penutup
Sekularisasi adalah
tantangan yang nyata dalam kehidupan modern yang mengikis makna spiritual dan
amal keagamaan. Untuk menangkalnya, diperlukan upaya serius dalam memperkuat
ikatan diri dengan institusi agama yang sahih, aktif dalam kegiatan kolektif
keagamaan, serta membentuk pribadi yang berorientasi kepada Allah dalam setiap
aspek hidupnya. Islam tidak membatasi agama pada masjid semata, tetapi
menghidupkannya di tengah masyarakat. Maka, perlawanan terhadap sekularisasi
adalah jihad kontemporer untuk menegakkan kembali peran agama sebagai pusat makna
dan sumber petunjuk dalam kehidupan manusia.t, adil, dan bersatu.