menu melayang

Senin, 07 Juli 2025

TAUTAN DIRI DALAM SOLIDARITAS UMAT



Oleh : H.S. Miharja, Ph.D

 

Islam sebagai agama yang bersifat rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minallah), tetapi juga mengatur hubungan antarsesama manusia (hablum minannas). Salah satu manifestasi dari hablum minannas adalah solidaritas sosial, yaitu rasa kepedulian dan keterikatan antarindividu dalam masyarakat. Islam menanamkan nilai-nilai solidaritas melalui ajaran akidah, ibadah, dan muamalah. Tulisan ini mengulas bagaimana ajaran Islam memperkuat ikatan sosial dan membangun solidaritas dalam kehidupan masyarakat.

 

Makna Solidaritas Sosial

 

Solidaritas sosial dalam Islam berarti rasa empati, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial terhadap sesama manusia, terlebih terhadap kaum dhuafa, yatim, dan fakir miskin. Konsep ini tercermin dalam prinsip ukhuwah (persaudaraan), yaitu: Ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama Muslim), Ukhuwah Basyariyyah (persaudaraan sesama manusia), Ukhuwah Wathaniyyah (persaudaraan sebangsa).

 

Peran Nilai-Nilai Islam dalam Membangun Solidaritas Sosial

 

Nilai Tauhid tidak hanya berdampak vertikal (kepada Allah), tetapi juga horizontal (kepada sesama manusia). Seorang Muslim meyakini bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah yang satu dan sama, sehingga tidak layak saling menindas.

 

 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًۭا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..." (QS. Ali ‘Imran: 103).

 

Zakat, Infak, dan Sedekah Sebagai Sarana Sosial Ekonomi. Zakat tidak hanya ibadah, tapi juga alat distribusi kekayaan untuk mengatasi ketimpangan sosial.

 

 خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةًۭ تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka" (QS. At-Taubah: 103).

 

Islam menganjurkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan, bukan dalam dosa atau permusuhan.

 

 وَتَعَاوَنُوا عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." (QS. Al-Ma’idah: 2)

 

Ritual Keagamaan dan Solidaritas Sosial

 

Salat berjamaah menyatukan umat Islam tanpa memandang status sosial, menjadi latihan rutin solidaritas dan kebersamaan.

 

 Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

"Salat berjamaah lebih utama daripada salat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Puasa menumbuhkan empati sosial kepada fakir miskin. Idul Fitri menjadi momen silaturahmi dan rekonsiliasi sosial. Ibadah haji mempertemukan Muslim dari berbagai bangsa dan latar belakang dalam semangat persatuan.

 

Komunitas Keagamaan sebagai Kekuatan Sosial

 

Masjid, majelis taklim, dan organisasi keagamaan menjadi pusat konsolidasi sosial. Di dalamnya tumbuh kegiatan sosial seperti bakti sosial, santunan yatim, hingga advokasi keadilan. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

 

 الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

"Seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti bangunan, satu bagian menguatkan bagian lainnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dampak Solidaritas Sosial dalam Islam

 

Ini dapat mrngurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Menumbuhkan kepercayaan dan keamanan sosial Menciptakan masyarakat yang inklusif dan damai. Menjadi model harmoni antarumat beragama.

 

Penutup

 

Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi juga membangun tatanan sosial yang adil dan beradab. Solidaritas sosial merupakan ajaran fundamental Islam yang diekspresikan melalui nilai-nilai ukhuwah, amal sosial, dan kehidupan berjamaah. Dalam konteks masyarakat modern, semangat solidaritas Islam menjadi kunci membangun bangsa yang kuat, adil, dan bersatu.


Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel