menu melayang

Minggu, 02 Maret 2025

HIKMAH HAUS DAN DAHAGA DALAM SHAUM RAMADAN

Oleh: H. Sugandi Miharja, Ph.D

Shaum (puasa) Ramadan merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial, psikologis, kesehatan fisik, dan spiritual. Haus dan dahaga yang dialami selama berpuasa memiliki hikmah yang luas dalam membentuk karakter manusia. Studi ini menganalisis manfaat puasa berdasarkan kajian agama (Al-Qur’an dan Hadis) serta pendekatan ilmiah dalam bidang sosial, psikologi, kesehatan, dan spiritualitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan empati sosial, melatih pengendalian diri, memberikan manfaat fisiologis bagi tubuh, serta memperdalam hubungan spiritual dengan Tuhan.

Puasa dalam Islam bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai sarana peningkatan ketakwaan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Selain itu, puasa memiliki implikasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana haus dan dahaga dalam puasa berdampak secara sosial, psikologis, kesehatan fisik, dan spiritual berdasarkan kajian agama dan temuan ilmiah.

Hikmah Sosial, Menumbuhkan Empati dan Solidaritas

Haus dan dahaga dalam puasa menjadi pengalaman nyata bagi individu untuk merasakan penderitaan kaum miskin yang mengalami kelaparan setiap hari. Hal ini mendorong munculnya empati dan kepedulian sosial, yang dalam Islam diwujudkan melalui sedekah dan berbagi makanan.

Menurut teori sosial empati sosial, pengalaman pribadi terhadap penderitaan dapat meningkatkan rasa simpati dan kepedulian terhadap orang lain. Puasa membantu individu memahami kesulitan orang lain, sehingga memperkuat solidaritas sosial.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

"Barang siapa memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." (HR. Tirmidzi No. 807). Dengan demikian, puasa menjadi instrumen sosial untuk membangun kesadaran berbagi dan memperkuat hubungan sosial.

Hikmah Psikologis, Melatih Pengendalian Diri dan Kesabaran

Haus dan lapar saat berpuasa mengajarkan individu untuk mengendalikan dorongan instingtif, termasuk emosi dan perilaku impulsif. Dalam psikologi teori pengendalian diri (self-control theory), kemampuan menahan diri dari godaan meningkatkan daya tahan mental dan ketahanan terhadap stres.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ صَوْمِهِ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berbuat jahil. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia mengatakan: ‘Aku sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari No. 1904, Muslim No. 1151). Puasa menjadi latihan psikologis yang meningkatkan kesabaran dan ketahanan mental.

Hikmah Kesehatan Fisik, Detoksifikasi dan Peningkatan Fungsi Metabolisme

Haus dan dahaga dalam puasa memberikan kesempatan bagi tubuh untuk melakukan detoksifikasi dan regenerasi sel. Menurut Yoshinori Ohsumi (pemenang Nobel  bidang kedokteran), puasa mendorong proses autophagy, yaitu pembersihan sel dari protein yang rusak dan mempercepat regenerasi sel.

Rasulullah ﷺ bersabda:

 صُومُوا تَصِحُّوا

"Berpuasalah, maka kalian akan sehat." (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath No. 8312). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan kardiovaskular (Longo & Mattson, 2019).

Hikmah Spiritual, Meningkatkan Ketakwaan dan Kedekatan dengan Allah Ta'ala

Shaum adalah ibadah yang secara langsung menghubungkan manusia dengan Allah, karena hanya Allah yang mengetahui ketulusan seseorang dalam menahan lapar dan haus. Menurut teori transendensi spiritual (Pargament, 1999), pengalaman yang menghubungkan manusia dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri dapat meningkatkan kedamaian batin dan kebahagiaan.

Rasulullah ﷺ bersabda

> لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

"Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya." (HR. Bukhari No. 1904, Muslim No. 1151). Shaum Ramadan membantu individu untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan, meningkatkan rasa syukur, dan memperbaiki kualitas ibadah.

Penutup

Puasa Ramadan bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga memiliki dampak yang luas dalam berbagai aspek kehidupan: Meningkatkan empati dan solidaritas, Melatih kesabaran dan pengendalian diri, Membantu detoksifikasi dan meningkatkan fungsi metabolisme, Memperkuat hubungan dengan Allah Ta'ala dalam meningkatkan ketakwaan. Dengan demikian, haus dan dahaga dalam shaum Ramadan bukan sekadar pengorbanan fisik, tetapi merupakan proses pembentukan karakter dan peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh.

 

 

Founder Pondok Tugu Lj dan Komunitas Baleriung

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel