Oleh: H. Sugandi
Miharja, Ph.D
Shaum (puasa) Ramadan
merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga memiliki dimensi
sosial, psikologis, kesehatan fisik, dan spiritual. Haus dan dahaga yang
dialami selama berpuasa memiliki hikmah yang luas dalam membentuk karakter
manusia. Studi ini menganalisis manfaat puasa berdasarkan kajian agama
(Al-Qur’an dan Hadis) serta pendekatan ilmiah dalam bidang sosial, psikologi,
kesehatan, dan spiritualitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa puasa dapat
meningkatkan empati sosial, melatih pengendalian diri, memberikan manfaat
fisiologis bagi tubuh, serta memperdalam hubungan spiritual dengan Tuhan.
Puasa dalam Islam bukan
sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai sarana peningkatan
ketakwaan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang
yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Selain itu, puasa
memiliki implikasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kajian ini bertujuan
untuk menganalisis bagaimana haus dan dahaga dalam puasa berdampak secara
sosial, psikologis, kesehatan fisik, dan spiritual berdasarkan kajian agama dan
temuan ilmiah.
Hikmah Sosial, Menumbuhkan
Empati dan Solidaritas
Haus dan dahaga dalam
puasa menjadi pengalaman nyata bagi individu untuk merasakan penderitaan kaum
miskin yang mengalami kelaparan setiap hari. Hal ini mendorong munculnya empati
dan kepedulian sosial, yang dalam Islam diwujudkan melalui sedekah dan berbagi
makanan.
Menurut teori sosial
empati sosial, pengalaman pribadi terhadap penderitaan dapat meningkatkan rasa
simpati dan kepedulian terhadap orang lain. Puasa membantu individu memahami kesulitan
orang lain, sehingga memperkuat solidaritas sosial.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا
كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Barang siapa
memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun."
(HR. Tirmidzi No. 807). Dengan demikian, puasa menjadi instrumen sosial untuk
membangun kesadaran berbagi dan memperkuat hubungan sosial.
Hikmah Psikologis,
Melatih Pengendalian Diri dan Kesabaran
Haus dan lapar saat
berpuasa mengajarkan individu untuk mengendalikan dorongan instingtif, termasuk
emosi dan perilaku impulsif. Dalam psikologi teori pengendalian diri
(self-control theory), kemampuan menahan diri dari godaan meningkatkan daya
tahan mental dan ketahanan terhadap stres.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> الصِّيَامُ جُنَّةٌ،
فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ صَوْمِهِ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ
شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
"Puasa adalah
perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata
kotor dan jangan berbuat jahil. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya
berkelahi, hendaklah ia mengatakan: ‘Aku sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari
No. 1904, Muslim No. 1151). Puasa menjadi latihan psikologis yang meningkatkan
kesabaran dan ketahanan mental.
Hikmah Kesehatan Fisik,
Detoksifikasi dan Peningkatan Fungsi Metabolisme
Haus dan dahaga dalam
puasa memberikan kesempatan bagi tubuh untuk melakukan detoksifikasi dan
regenerasi sel. Menurut Yoshinori Ohsumi (pemenang Nobel bidang kedokteran), puasa mendorong proses
autophagy, yaitu pembersihan sel dari protein yang rusak dan mempercepat
regenerasi sel.
Rasulullah ﷺ bersabda:
صُومُوا تَصِحُّوا
"Berpuasalah, maka
kalian akan sehat." (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath No. 8312).
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan risiko
penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan kardiovaskular
(Longo & Mattson, 2019).
Hikmah Spiritual,
Meningkatkan Ketakwaan dan Kedekatan dengan Allah Ta'ala
Shaum adalah ibadah
yang secara langsung menghubungkan manusia dengan Allah, karena hanya Allah
yang mengetahui ketulusan seseorang dalam menahan lapar dan haus. Menurut teori
transendensi spiritual (Pargament, 1999), pengalaman yang menghubungkan manusia
dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri dapat meningkatkan kedamaian
batin dan kebahagiaan.
Rasulullah ﷺ bersabda
> لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ،
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
"Bagi orang yang
berpuasa ada dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan
ketika bertemu dengan Rabbnya." (HR. Bukhari No. 1904, Muslim No. 1151).
Shaum Ramadan membantu individu untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan,
meningkatkan rasa syukur, dan memperbaiki kualitas ibadah.
Penutup
Puasa Ramadan bukan
hanya ritual keagamaan, tetapi juga memiliki dampak yang luas dalam berbagai
aspek kehidupan: Meningkatkan empati dan solidaritas, Melatih kesabaran dan
pengendalian diri, Membantu detoksifikasi dan meningkatkan fungsi metabolisme,
Memperkuat hubungan dengan Allah Ta'ala dalam meningkatkan ketakwaan. Dengan
demikian, haus dan dahaga dalam shaum Ramadan bukan sekadar pengorbanan fisik,
tetapi merupakan proses pembentukan karakter dan peningkatan kualitas hidup
secara menyeluruh.
Founder Pondok Tugu Lj
dan Komunitas Baleriung