menu melayang

Rabu, 12 Maret 2025

TERAPI PERUT DAN MULUT MELALUI IBADAH SHAUM RAMADAN

 

Oleh:  H. Sugandi Miharja, Ph.D

Dalam kehidupan manusia, perut dan mulut memiliki peran yang sangat dominan dalam menentukan perilaku dan moralitas seseorang. Banyak kejahatan sosial, seperti korupsi, pencurian, penipuan, dan fitnah, berakar dari ketidakmampuan manusia mengendalikan ambisi perut dan mulut. Islam, sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, menawarkan solusi spiritual dan psikologis melalui ibadah shaum (puasa) Ramadan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga melatih manusia untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga lisan dari perkataan yang merusak.

Shaum Ramadan sebagai Terapi Perut

Perut merupakan sumber utama kebutuhan biologis manusia yang jika tidak dikendalikan dapat menjerumuskan seseorang pada tindakan kriminal. Keinginan berlebihan terhadap makanan dan harta sering kali menjadi motif utama dalam berbagai bentuk kejahatan ekonomi, seperti pencurian, perampokan, dan korupsi.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa puasa memiliki tujuan utama untuk membentuk takwa, yaitu kesadaran spiritual yang dapat mengendalikan keinginan duniawi yang berlebihan. Puasa melatih manusia untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kurang mampu, sehingga menumbuhkan empati dan kepedulian sosial. Dengan demikian, seseorang yang menjalankan shaum dengan baik akan lebih mampu mengontrol nafsunya terhadap makanan dan harta, sehingga dapat terhindar dari berbagai bentuk kejahatan yang berkaitan dengan ambisi perut.

Shaum Ramadan sebagai Terapi Mulut

Selain perut, mulut juga menjadi faktor utama dalam berbagai bentuk kejahatan sosial. Kebohongan, fitnah, adu domba, dan janji palsu sering kali muncul dari ketidakmampuan seseorang mengendalikan ucapannya. Dalam Islam, shaum Ramadan tidak hanya melatih fisik, tetapi juga menjaga lisan agar tidak menyebarkan keburukan.

Rasulullah bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan (puasanya), meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari No. 1903)

Hakikat puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan yang tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dan menghindari fitnah, ghibah, serta perkataan yang dapat menimbulkan perpecahan.

Manfaat Psikologis dan Sosial dari Puasa Ramadan

Shaum Ramadan tidak hanya memberikan manfaat spiritual, tetapi juga berdampak secara psikologis dan sosial.

1. Pengendalian Diri. Puasa melatih manusia untuk tidak mengikuti hawa nafsu secara berlebihan, baik dalam hal makan maupun berbicara.

2. Peningkatan Kesabaran. Dengan menahan lapar dan dahaga, seseorang belajar untuk lebih sabar dan tidak mudah terprovokasi oleh keadaan.

3. Peningkatan Kesadaran Sosial. Rasa lapar yang dirasakan saat berpuasa meningkatkan empati terhadap orang miskin, sehingga mendorong seseorang untuk lebih dermawan dan peduli terhadap sesama.

4. Mencegah Konflik Sosial. Dengan menjaga lisan, seseorang dapat menghindari perselisihan dan mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.

*Penutup*

Shaum Ramadan merupakan ibadah yang memiliki fungsi terapi bagi manusia dalam mengendalikan ambisi perut dan mulut. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk tidak serakah terhadap makanan dan harta, sehingga dapat terhindar dari berbagai bentuk kejahatan ekonomi. Selain itu, puasa juga melatih manusia untuk menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik, sehingga dapat menciptakan kehidupan sosial yang lebih harmonis. Oleh karena itu, puasa bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga merupakan sarana pembentukan karakter yang dapat mencegah berbagai bentuk kejahatan dan meningkatkan kualitas moral manusia.

 

 

*) Jamaah Masjid Babussalam, Miftahul Jannah dan Almurtadho

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel