Oleh:
H. Sugandi Miharja, Ph.D
Dalam kehidupan
manusia, perut dan mulut memiliki peran yang sangat dominan dalam menentukan
perilaku dan moralitas seseorang. Banyak kejahatan sosial, seperti korupsi,
pencurian, penipuan, dan fitnah, berakar dari ketidakmampuan manusia
mengendalikan ambisi perut dan mulut. Islam, sebagai agama yang mengatur
seluruh aspek kehidupan, menawarkan solusi spiritual dan psikologis melalui
ibadah shaum (puasa) Ramadan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan
minum, tetapi juga melatih manusia untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga
lisan dari perkataan yang merusak.
Shaum
Ramadan sebagai Terapi Perut
Perut merupakan
sumber utama kebutuhan biologis manusia yang jika tidak dikendalikan dapat
menjerumuskan seseorang pada tindakan kriminal. Keinginan berlebihan terhadap
makanan dan harta sering kali menjadi motif utama dalam berbagai bentuk
kejahatan ekonomi, seperti pencurian, perampokan, dan korupsi.
Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini
menegaskan bahwa puasa memiliki tujuan utama untuk membentuk takwa, yaitu
kesadaran spiritual yang dapat mengendalikan keinginan duniawi yang berlebihan.
Puasa melatih manusia untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kurang
mampu, sehingga menumbuhkan empati dan kepedulian sosial. Dengan demikian,
seseorang yang menjalankan shaum dengan baik akan lebih mampu mengontrol
nafsunya terhadap makanan dan harta, sehingga dapat terhindar dari berbagai
bentuk kejahatan yang berkaitan dengan ambisi perut.
Shaum Ramadan
sebagai Terapi Mulut
Selain perut,
mulut juga menjadi faktor utama dalam berbagai bentuk kejahatan sosial.
Kebohongan, fitnah, adu domba, dan janji palsu sering kali muncul dari
ketidakmampuan seseorang mengendalikan ucapannya. Dalam Islam, shaum Ramadan
tidak hanya melatih fisik, tetapi juga menjaga lisan agar tidak menyebarkan
keburukan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ
حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang
siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah
tidak membutuhkan (puasanya), meskipun ia meninggalkan makan dan
minumnya." (HR. Bukhari No. 1903)
Hakikat puasa
bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan
yang tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Dengan berpuasa, seseorang dilatih
untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dan menghindari fitnah, ghibah, serta
perkataan yang dapat menimbulkan perpecahan.
Manfaat
Psikologis dan Sosial dari Puasa Ramadan
Shaum Ramadan
tidak hanya memberikan manfaat spiritual, tetapi juga berdampak secara
psikologis dan sosial.
1. Pengendalian
Diri. Puasa melatih manusia untuk tidak mengikuti hawa nafsu secara berlebihan,
baik dalam hal makan maupun berbicara.
2. Peningkatan
Kesabaran. Dengan menahan lapar dan dahaga, seseorang belajar untuk lebih sabar
dan tidak mudah terprovokasi oleh keadaan.
3. Peningkatan
Kesadaran Sosial. Rasa lapar yang dirasakan saat berpuasa meningkatkan empati
terhadap orang miskin, sehingga mendorong seseorang untuk lebih dermawan dan
peduli terhadap sesama.
4. Mencegah
Konflik Sosial. Dengan menjaga lisan, seseorang dapat menghindari perselisihan
dan mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.
*Penutup*
Shaum Ramadan
merupakan ibadah yang memiliki fungsi terapi bagi manusia dalam mengendalikan
ambisi perut dan mulut. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk tidak serakah
terhadap makanan dan harta, sehingga dapat terhindar dari berbagai bentuk
kejahatan ekonomi. Selain itu, puasa juga melatih manusia untuk menjaga lisan
dari perkataan yang tidak baik, sehingga dapat menciptakan kehidupan sosial
yang lebih harmonis. Oleh karena itu, puasa bukan sekadar ibadah ritual, tetapi
juga merupakan sarana pembentukan karakter yang dapat mencegah berbagai bentuk
kejahatan dan meningkatkan kualitas moral manusia.
*) Jamaah
Masjid Babussalam, Miftahul Jannah dan Almurtadho