H. Sugandi Miharja,
Ph.D
Titik Temu Konseptual
Psike dalam Qur’an & Hakikat Konseling Islam
Tulisan ini menelaah
qalb, ruh, nafs, fu’ad, lubb sebagai istilah Qur’ani tentang psike manusia.
Dalam filsafat konseling Islam, konseling dipandang bukan sekadar memperbaiki
perilaku, tetapi membimbing fitrah menuju keseimbangan ruhani (tazkiyatun
nafs). Dengan demikian, konsep psike Qur’ani dalam buku ini memberi landasan
ontologis untuk memahami klien dalam konseling Islam: manusia bukan hanya
makhluk biologis-psikologis, tapi juga spiritual.
Landasan Epistemologis,
Islamisasi Psikologi dan Sumber Ilmu Konseling
Konsep ini adalah bagian dari proyek Islamization of
Knowledge yang menegaskan bahwa sumber ilmu tentang jiwa bukan hanya psikologi
Barat, tetapi wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).
Dalam filsafat
konseling Islam, ini berarti bahwa epistemologi konseling harus berakar pada
Qur’an, Sunnah, dan ijtihad ulama.
Misalnya dalam memahami
depresi, psikologi Barat menekankan faktor biologis atau kognitif, sementara
konsep Qur’ani tentang qalb maridh (hati yang sakit) menekankan faktor
spiritual dan akhlak.
Dimensi Aksiologis,
Tujuan Konseling Islam
Kesehatan psike menurut
Qur’an berarti keselamatan iman, kebeningan hati, dan jiwa yang tenang (nafs
al-muthma’innah).
Filsafat konseling
Islam menjadikan tujuan konseling bukan sekadar coping atau adaptasi sosial,
melainkan kedekatan dengan Allah, tazkiyah (pensucian), dan falah (kebahagiaan
dunia-akhirat).
Jadi, buku ini
menegaskan nilai dasar konseling Islam: orientasi akhirat dan kebahagiaan
hakiki.
Implikasi Metodologis
dalam Konseling
Konsep Qur’ani seperti
qalb dan nafs bisa dijadikan kerangka diagnostik. Nafs ammarah berupa
kecenderungan destruktif dorongan bawah sadar negatif.
Nafs lawwamah berupa
konflik batin self-criticism. Nafs
muthma’innah berupa kondisi sehat dan matang spiritual.
Konselor Islam dapat
merancang intervensi yang memadukan metode modern dengan zikir, doa, tadabbur
ayat, dan penguatan iman. Hal ini sesuai filsafat konseling Islam yang
mengintegrasikan metode ilmiah dengan metode spiritual.
Relevansi Filosofis
Filsafat konseling
Islam bertanya: “Apa hakikat manusia?”, “Apa tujuan konseling?”, dan “Apa
sumber pengetahuan konseling?” Qur’anic Concepts of Human Psyche memberi
jawaban Qur’ani atas pertanyaan itu adalah manusia hakikatnya ruhani; tujuan
utamanya falah; dan sumber pengetahuannya wahyu.
Dengan begituvQur’anic
Concepts of Human Psyche melandasi
filsafat konseling Islam sekaligus inspirasi untuk mengembangkan teori dan
praktik konseling berbasis Qur’an.
Kesimpulan
Konsep Qur’anic
Concepts of Human Psyche memberi kontribusi penting pada filsafat konseling
Islam. Memberikan ontologi manusia sebagai makhluk ruhani-jasmani. Meneguhkan
epistemologi konseling Islam yang berakar pada wahyu. Menyajikan aksiologi
bahwa tujuan konseling adalah tazkiyah dan falah. Menawarkan kerangka
metodologis melalui klasifikasi psike Qur’ani (nafs, qalb, ruh) yang dapat
diterapkan dalam asesmen dan intervensi konseling Islam.