Senja merayap di langit Desa Kramatwangi. Sinar keemasan perlahan menghilang di balik perbukitan, menyisakan lembayung yang berbaur dengan suara azan magrib. Di sudut desa, seorang pemuda bernama Fadhil duduk termenung di beranda rumah kayunya. Matanya menerawang jauh, hatinya penuh kegelisahan.
Fadhil telah lama berjuang mencari pekerjaan setelah lulus dari pesantren. Namun, nasib seolah belum berpihak kepadanya. Berbagai usaha telah dilakukan, namun selalu berujung pada penolakan. Kadang, ia merasa ingin menyerah. Namun, satu hal yang selalu diajarkan oleh ayahnya sejak kecil adalah kesabaran dan doa yang tak terputus.
"Jangan pernah berhenti berdoa, Nak. Kadang Allah menguji kesabaran kita sebelum memberikan yang terbaik," pesan ayahnya suatu malam.
Malam itu, dalam keheningan kamar kecilnya, Fadhil bersujud lebih lama dari biasanya. Dengan air mata yang mengalir, ia berdoa, memohon petunjuk dan kekuatan. “Ya Allah, jika rezekiku masih tertahan di langit, turunkanlah. Jika masih terkubur di bumi, keluarkanlah. Jika masih jauh, dekatkanlah...”
Keesokan paginya, Fadhil memutuskan pergi ke kota untuk mencoba peruntungannya lagi. Di perjalanan, ia melihat seorang ibu tua kesulitan membawa dagangannya. Tanpa berpikir panjang, ia segera membantu. Sang ibu tersenyum haru dan mengucapkan terima kasih. Setelah berbincang sejenak, ternyata ibu tersebut mengenal seorang dosen yang sedang mencari kandidat untuk beasiswa S2 di luar negeri. Dengan izin Allah, pertemuan itu menjadi jalan bagi Fadhil mendapatkan kesempatan yang selama ini ia impikan.
Hari demi hari berlalu, Fadhil semakin tekun belajar dan menunjukkan dedikasinya. Dosen tersebut kagum dengan ketekunan dan kecerdasan Fadhil, hingga akhirnya merekomendasikannya untuk mendapatkan beasiswa penuh. Dengan doa dan usaha, Fadhil berhasil melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri dan mendalami bidang pendidikan Islam.
Beberapa tahun kemudian, Fadhil kembali ke Kramatwangi dengan gelar dan ilmu yang lebih luas. Ia tidak hanya menjadi seorang akademisi yang dihormati, tetapi juga mendirikan sebuah sekolah berbasis nilai-nilai Islam dan modern di desanya. Kini, Fadhil menjadi inspirasi bagi banyak pemuda di Kramatwangi.
Ia selalu mengingat bagaimana doa, kesabaran, dan kebaikan yang kecil dapat membuka pintu rezeki yang luas. Setiap ujian pasti memiliki akhir yang indah, bagi siapa pun yang tak lelah berharap kepada-Nya.