menu melayang

Senin, 28 Juli 2025

Mendorong Kekuatan Nilai Ruhani Kita



Oleh : H.S. Miharja, Ph.D


Nilai ruhani adalah dimensi terdalam dalam kehidupan manusia yang menyentuh aspek hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan alam semesta. Dalam spiritualitas, manusia menemukan makna sejati keberadaannya. Tulisan ini mengangkat bagaimana nilai ruhani dipahami dan dijalankan dari berbagai sudut pandang ilmiah.


Bagaimana Nilai Ruhani Sufisme?


Dalam sufisme, nilai ruhani adalah inti dari perjalanan jiwa menuju Tuhan. Para sufi mempraktikkan tazkiyatun nafs, penyucian jiwa agar terbebas dari sifat-sifat rendah seperti riya’, hasad, dan ujub, serta menghiasinya dengan akhlak mulia seperti ikhlas, sabar, syukur, dan mahabbah cinta kepada Allah.


Al-Qur’an menegaskan pentingnya penyucian jiwa

 قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

"Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams: 9–10)


Tujuan akhirnya mencapai ma‘rifatullah, pengenalan hakiki kepada Allah melalui proses fana’ lenyapnya ego dan baqa’ kekal dalam kehendak-Nya. Mereka mengalami hakikat wujud, bukan hanya melalui akal, tetapi juga lewat penyaksian batin yang mendalam (dzauq).


 مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

"Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya."

(Diriwayatkan oleh beberapa ulama hikmah, maknanya selaras dengan ajaran tasawuf).


Peran Ruhani


Dalam psikologi, terutama psikologi humanistik dan transpersonal, nilai-nilai spiritual terbukti berperan penting dalam membentuk kesehatan mental dan kedewasaan emosional. Spiritualitas membantu individu menemukan makna hidup, menumbuhkan kesadaran diri, memperkuat ketahanan menghadapi stres dan penderitaan, dan menumbuhkan cinta, empati, dan pengampunan.


Tanpa dimensi spiritual, manusia cenderung mengalami kehampaan batin. Spiritualitas berada dalam puncak aktualisasi diri.


Al-Qur’an menggambarkan jiwa yang tenang sebagai hasil spiritualitas sejati. 


 يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai." (QS. Al-Fajr: 27–28)


Nilai Ruhani dalam Kehidupan Sosial


Nilai ruhani memiliki peran sosial yang besar. Ia melandasi terbentuknya etika, kasih sayang, keadilan, dan kepedulian. Dalam masyarakat yang spiritual, hubungan antarindividu dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab moral.


Al-Qur’an mendorong terbentuknya masyarakat berakhlak. 

 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu." (QS. Al-Hujurat: 10)


Hadis Nabi ﷺ

 لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

"Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)


Nilai ruhani juga menjadi sumber kekuatan sosial dalam menghadapi krisis, menginspirasi gerakan sosial damai, dan menjadi pengikat solidaritas antarumat manusia.


Kosmologi Nilai Ruhani


Dalam pandangan kosmologi spiritual, alam semesta dipandang sebagai manifestasi dari sifat-sifat Tuhan. Setiap ciptaan adalah tanda (آية) yang menunjuk kepada-Nya. Kesadaran akan nilai ruhani menjadikan manusia lebih sadar terhadap tanggung jawabnya menjaga harmoni semesta.


Al-Qur’an menegaskan keteraturan dan keseimbangan kosmik.

 وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ. أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ

"Dan langit telah Dia tinggikan dan Dia letakkan neraca (keadilan), agar kamu tidak melampaui batas dalam neraca itu."

(QS. Ar-Rahman: 7–8)


Dalam sufisme, dikenal konsep tauhid kosmik, bahwa segala sesuatu bersumber dari dan kembali kepada Yang Satu. Dengan kesadaran ruhani, manusia tidak memandang alam sebagai objek yang bisa dieksploitasi, melainkan sebagai saudara dalam keberadaan.


Penutup, Menuju Kesatuan Makna


Nilai ruhani menghubungkan manusia dengan dimensi terdalam dari dirinya, Tuhannya, sesamanya, dan alam sekitarnya. Dari sudut pandang sufi, ia adalah jalan menuju Tuhan. Dalam psikologi, ia adalah penyembuh jiwa dan pemberi makna. Dalam masyarakat, ia menumbuhkan cinta dan keadilan. Dalam semesta, ia menghubungkan manusia dengan kosmos keseimbangan sakral.


Dengan menggali nilai-nilai ini, manusia dapat menjalani hidup yang lebih utuh, damai, dan bermakna menjadi khalifah yang sadar akan asal dan tujuan hidupnya.

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel