Oleh : H.S. Miharja, Ph.D
Bimbingan spiritual dalam Islam mengajarkan berbagai maqamat (tingkatan spiritual) yang harus ditempuh oleh seorang salik (penempuh jalan spiritual) dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu maqam penting yang menjadi dasar dalam perjalanan ruhani tersebut adalah muroqobah. Muroqobah merupakan kesadaran mendalam bahwa Allah senantiasa mengawasi dan hadir dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dalam kehidupan modern yang penuh distraksi, pentingnya muroqobah menjadi semakin nyata sebagai sarana untuk menjaga hati tetap bersih dan terhubung dengan Allah SWT.
Apa itu Muroqobah?
Secara etimologis, muroqobah berasal dari bahasa Arab: رَقَبَ – يُرَاقِبُ – مُرَاقَبَةً, yang berarti mengawasi, memantau, atau memperhatikan secara terus-menerus. Dalam istilah tasawuf, muroqobah adalah suatu keadaan batin yang menyadari dan merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan.
Menurut Imam Al-Qusyairi dalam Al-Risalah Al-Qusyairiyyah, muroqobah adalah: "Kesadaran hati bahwa Allah senantiasa mengetahui gerak dan diam seorang hamba."
Muroqobah dalam Maqamat
Dalam hierarki maqamat (tingkatan-tingkatan spiritual), muroqobah termasuk maqam tinggi yang diperoleh setelah seorang salik melatih dirinya melalui taubat, zuhud, sabar, dan tawakal. Muroqobah menjadi jalan menuju maqam ihsan, sebagaimana disebut dalam hadis Jibril:
"أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك."
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka yakinilah bahwa Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Jenis-Jenis Muroqobah
Menurut para sufi, muroqobah memiliki beberapa bentuk. Muroqobah al-‘Ilm, kesadaran bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara rinci. Muroqobah al-Qurb, merasakan kedekatan Allah, bahwa Dia selalu dekat dan menyertai hamba-Nya. Muroqobah al-Haibah, timbulnya rasa takut dan hormat karena menyadari keagungan dan kekuasaan Allah. Muroqobah al-Haya’, rasa malu terhadap Allah karena banyaknya dosa dan kekurangan dalam beribadah. Muroqobah al-Mahabbah, dilandasi oleh rasa cinta mendalam kepada Allah, bukan sekadar rasa takut.
Muroqobah dalam Pandangan Sufistik
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa muroqobah adalah buah dari keyakinan terhadap asma dan sifat-sifat Allah. Abu Thalib Al-Makki dalam Qut al-Qulub menyebutkan bahwa muroqobah adalah latihan spiritual untuk menundukkan hawa nafsu dan menjaga hati dari lalai. Ibnu Atha’illah As-Sakandari “Barang siapa yang mengenal Allah, maka ia akan takut kepada-Nya, dan barang siapa yang selalu dalam muroqobah, maka dia akan menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak diridhai Allah.”
Praktik Muroqobah
Dzikir dan tafakur, merenungi ciptaan Allah dan keagungan-Nya untuk menumbuhkan kesadaran Ilahiyah. Muhasabah harian, mengoreksi diri atas apa yang dilakukan dalam sehari, baik niat maupun amal. Menjaga niat dan pandangan, menyaring niat agar selalu karena Allah dan menjaga pandangan dari yang haram. Menghindari kesendirian dalam maksiat, karena orang yang muroqobah akan merasa diawasi meski dalam kesunyian.
Manfaat Muroqobah
Muroqobah bermanfaat banyak, antara lain menumbuhkan keikhlasan dalam ibadah, menjadi benteng dari maksiat dan kehinaan, membersihkan hati dari riya dan sum’ah, menumbuhkan sifat wara’ dan takwa, membentuk kepribadian yang tenang, jujur, dan konsisten dalam kebaikan.
Mursyid dalam Muroqobah
Pembimbing religi disebut mursyid, seorang guru spiritual yang telah mencapai tingkatan ma’rifah dan berwenang membimbing salik menuju penyempurnaan ruhani. Muroqobah tidak bisa hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus disertai latihan jiwa yang dipandu oleh mursyid yang kompeten dan memiliki silsilah rohani yang tersambung hingga Rasulullah SAW.
Mursyid membimbing muridnya melalui tahapan Tazkiyatun nafs pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, Tarbiyatul qalb pembinaan hati agar sensitif terhadap kehadiran Allah. Tasfiyatul khatir menjernihkan lintasan hati dari was-was dan gangguan duniawi.
Metode Bimbingan Muraqabah
Pertama, Dzikir Tertib dan Tahlil Muroqobah. Mursyid biasanya memberikan amalan dzikir khusus, seperti laa ilaaha illallah atau Allah...Allah yang dilakukan dengan penghayatan mendalam sambil membayangkan kehadiran Allah di hati.
Kedua, Latihan Hushul al-Hudhur (Kehadiran Hati). Murid dilatih agar dalam setiap aktivitasnya menyertakan niat dan kesadaran bahwa Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu. Ini dilakukan dengan menjaga niat, pandangan, dan perasaan.
Ketiga, Khalwat (Retret Spiritual). Dalam keadaan terkontrol, khalwat dilakukan dengan menjauh dari keramaian, berdiam dalam dzikir, dan kontemplasi. Tujuannya adalah memurnikan hati dari selain Allah.
Keempat, Muraqabah Tertulis (Catatan Harian Ruhani). Beberapa tarekat membiasakan murid menulis jurnal rohani harian, mencatat pengalaman batin, gangguan jiwa, dan capaian spiritual untuk dikonsultasikan dengan mursyid.
Kelima, Suhbah (Kebersamaan dengan Mursyid dan Jamaah) Hadir bersama guru dan sesama murid dalam majelis dzikir atau taklim untuk menjaga lingkungan ruhani yang kondusif bagi perkembangan muraqabah.
Tujuan Bimbingan Muroqobah
Bimbingan sufistik terhadap muraqabah bertujuan membawa murid dari maqam syari’ah menuju maqam hakikat. Dari dzikir lisan menuju dzikir qalbi dan ruhani. Dari pengetahuan tentang Allah menuju kehadiran bersama Allah (hudur ma’allah).
Ketika seseorang telah terbiasa dalam muraqabah, ia akan merasa malu untuk bermaksiat karena sadar diawasi Allah.
Menikmati ibadah karena kehadiran Allah terasa nyata. Bersikap sabar dan tenang, karena hatinya yakin Allah Maha Mengetahui.
Praktik-Praktik Muroqobah Harian
Muroqobah dalam Shalat, fokus dan khusyuk dalam shalat merupakan wujud nyata muraqabah. Sufi menyarankan membaca takbir sambil membayangkan bahwa diri sedang berdiri di hadapan Allah.
Muroqobah dalam Bekerja dan Bermuamalah, menanamkan kesadaran bahwa Allah melihat setiap transaksi, ucapan, dan perbuatan membuat seseorang jujur, disiplin, dan tidak mengambil hak orang lain.
Muroqobah dalam Media Sosial dan Teknologi. Dalam dunia digital, muraqabah menjadi benteng moral dari perbuatan dosa seperti ghibah, fitnah, atau melihat konten yang diharamkan.
Muroqobah dalam Kesendirian. Seorang mukmin sejati merasa paling diawasi justru ketika tidak ada orang lain. Inilah indikator keberhasilan muraqabah yang sesungguhnya.
Manfaat Sosial dan Psikologis Muroqobah
Muroqobah Menumbuhkan Tanggung Jawab Pribadi. Individu yang hidup dengan kesadaran muraqabah tidak membutuhkan pengawasan eksternal untuk berbuat baik.
Mengurangi Stres dan Kecemasan. Kesadaran bahwa Allah mengetahui dan mengatur segala sesuatu membuat hati tenang dan pasrah.
Menjadi Pribadi Amanah dan Konsisten. Baik di depan publik maupun di ruang privat, orang yang muraqabah tetap menjaga integritas.
Membangun Masyarakat Spiritual dan Etis.
Bila muraqabah menjadi budaya umat, maka masyarakat akan terbebas dari kemunafikan, korupsi, dan kezaliman.
Penutup
Muroqobah dalam tasawuf adalah kesadaran spiritual yang tinggi, bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perbuatan dan keadaan hamba-Nya. Ia merupakan maqam penting dalam mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi pintu menuju maqam ihsan. Dalam praktiknya, muroqobah melatih seseorang untuk menjaga hati, amal, dan niat dari segala bentuk kekeliruan dan kemaksiatan.