menu melayang

Senin, 14 Juli 2025

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT, APA FONDASINYA?



Oleh : H.S. Miharja, Ph.D


Pendidikan adalah sarana utama untuk membentuk manusia yang utuh, baik secara intelektual, spiritual, maupun moral. Dalam konteks keindonesiaan dan keislaman, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer ilmu, tetapi juga sebagai proses pembentukan keyakinan bertuhan, pelatihan ibadah, dan penanaman akhlak mulia. Pendidikan agama menjadi fondasi awal dari keseluruhan sistem pendidikan, sekaligus menjadi jantung dari pendidikan sepanjang hayat (lifelong education). Dalam hal ini, negara memiliki kewajiban dalam menjamin standardisasi pendidikan yang seimbang antara aspek kognitif dan spiritual. Demikian pula, relasi antara guru dan murid menjadi elemen penting dalam keberhasilan pendidikan nilai.


PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI FONDASI


Pendidikan agama merupakan basis utama yang membentuk orientasi hidup peserta didik. Ajaran agama, khususnya Islam, mengandung nilai-nilai luhur tentang tauhid, ibadah, akhlak, serta tanggung jawab sosial. QS. Luqman ayat 13 menyampaikan pentingnya pengajaran tauhid sejak dini:


 يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)




Pendidikan agama mendidik manusia untuk mengenal Tuhannya (ma’rifatullah), tunduk dalam ibadah, serta berakhlak dalam interaksi sosial. Inilah yang membedakan pendidikan agama dari sekadar pengajaran umum.


KEYAKINAN BERTUHAN, IBADAH, DAN AKHLAK


Tiga elemen ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pendidikan.  Keyakinan Bertuhan (Tauhid), pendidikan harus dimulai dari penguatan iman. Dengan keyakinan kepada Allah, peserta didik memiliki landasan spiritual yang kokoh. Nabi bersabda:


 من يرد الله به خيرًا يفقهه في الدين

"Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka Allah akan menjadikannya faham agama." (HR. Bukhari dan Muslim)


Ibadah sebagai Latihan Kedekatan

Pembiasaan shalat, puasa, dzikir, dan doa bukan sekadar kewajiban, tetapi juga pendidikan disiplin, keikhlasan, dan kesucian jiwa.


Akhlak sebagai Buah Pendidikan

Akhlak mulia merupakan buah dari iman dan ibadah yang benar. Rasulullah SAW bersabda:


 إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad).


PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT


Pendidikan tidak berhenti di bangku sekolah. Islam mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban sepanjang hidup:


 اطلبوا العلم من المهد إلى اللحد

"Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat." (HR. Baihaqi)


Konsep lifelong education mencerminkan bahwa pembelajaran tentang agama, moral, dan keterampilan harus terus diperbarui dalam setiap tahap kehidupan manusia sejak masa anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.


PERAN NEGARA DALAM STANDARISASI PENDIDIKAN


Negara memiliki tanggung jawab besar dalam menyusun sistem pendidikan nasional yang mencakup nilai-nilai agama dan moral. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan “mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.”


Standardisasi ini setidaknya mencakup kurikulum, training guru, spiritual dan infrastruktur.  Kurikulum agama sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang. Pelatihan guru pendidikan agama yang kompeten. Integrasi nilai-nilai spiritual dalam semua mata pelajaran. Penyediaan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung pembelajaran akhlak.


RELASI GURU DAN MURID


Relasi guru dan murid bukan hanya hubungan akademis, tetapi juga hubungan spiritual dan moral. Dalam Islam, guru disebut sebagai waratsatul anbiya (pewaris nabi). Guru tidak sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter murid melalui keteladanan.


Imam Syafi’i pernah berkata tentang gurunya:  "Aku membuka lembaran di hadapan guruku perlahan, karena aku tidak ingin debu dari lembaran itu mengganggu beliau." Hal ini menunjukkan betapa agung dan hormatnya posisi guru, serta pentingnya adab murid dalam proses belajar.


LINGKUNGAN SOSIAL PENDIDIKAN


Pendidikan seorang anak dipengaruhi oleh mikrosistem (keluarga, teman, sekolah), mesosistem (relasi antar-mikrosistem), eksosistem, dan makrosistem (budaya dan ideologi). Oleh karena itu, pendidikan agama dan akhlak tidak bisa hanya bergantung pada guru di sekolah, tetapi harus dikuatkan oleh orang tua dan komunitas sosialnya.


PENUTUP


Pendidikan agama, keyakinan bertuhan, ibadah, dan akhlak adalah fondasi utama pendidikan wajib yang berkelanjutan sepanjang hayat. Negara memiliki tanggung jawab besar dalam menstandarkan pendidikan yang menjamin keseimbangan antara aspek spiritual dan intelektual. Relasi guru dan murid pun menjadi titik penting dalam keberhasilan pendidikan berbasis nilai. Pendidikan sejati adalah yang membentuk manusia berilmu, beriman, dan berakhlak mulia

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel