menu melayang

Rabu, 13 Agustus 2025

BERLARI DALAM JALAN KEBAHAGIAAN



Oleh : H.Sugandi Miharja, Ph.D


Kebahagiaan merupakan tujuan universal setiap manusia, namun jalan menuju kebahagiaan sering kali disalahpahami sebagai perlombaan mengejar materi semata. Dalam perspektif Islam, kebahagiaan sejati adalah proses berlari menuju keridaan Allah, menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, menjaga hubungan sosial, dan membangun kedamaian batin. Tulisan ini mengkaji kebahagiaan sejati untuk memberikan pemahaman holistik tentang bagaimana manusia dapat berlari pada jalan kebahagiaan yang hakiki.


Manusia pada hakikatnya selalu berlari mengejar kebahagiaan, namun tidak semua menemukan tujuan yang benar. Sebagian menganggap kebahagiaan hanya berada pada kekayaan, kedudukan, atau kenikmatan duniawi. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah hasil, tetapi sebuah perjalanan menuju Allah dengan keseimbangan spiritual, mental, sosial, dan budaya. 


Jalan Kebahagiaan Religi


Kebahagiaan sebagai Tujuan Hidup, Allah SWT  berfirman

 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً. 

"Barang siapa beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik" (Q S. An-Nahl: 97)


Kebahagiaan dalam Islam adalah hasil dari ketaatan, kesyukuran, dan persiapan bekal akhirat. Nabi ﷺ bersabda:

"ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس"

Kekayaan bukan banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati" (HR. Bukhari dan Muslim).


Berlari pada Jalan yang Benar, Islam mendorong umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al-Baqarah: 148). Ini menjadikan kebahagiaan sebagai jalan yang ditempuh dengan amal saleh, ibadah, dan akhlak mulia, bukan sekadar kesenangan duniawi.


Kebahagiaan Mental Psikologis


Psikologi melihat kebahagiaan sebagai kondisi kesejahteraan psikologis (well-being) yang mencakup emosi positif, rasa bermakna, dan pencapaian tujuan hidup.


Self-Determination Theory, kebahagiaan tercapai ketika kebutuhan akan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan sosial terpenuhi. Positive Psychology,  menegaskan bahwa makna dan hubungan yang sehat berperan besar dalam kebahagiaan. Spiritualitas dan ibadah terbukti menurunkan stres dan menghadirkan ketenangan batin yang mendalam.


Kebahagiaan Sosial Relasional


Kebahagiaan tidak dapat dipisahkan dari hubungan yang baik dengan orang lain. Islam menekankan silaturahmi, tolong-menolong, dan menebar salam sebagai jalan keberkahan hidup.

Nabi ﷺ bersabda:

"المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا"

"Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan." (HR. Bukhari dan Muslim).


Keterhubungan sosial memberikan rasa aman, dukungan emosional, dan memperkuat kesejahteraan psikologis, sehingga perjalanan menuju kebahagiaan menjadi lebih bermakna.


Kebahagiaan dalam Bingkai Budaya


Antropologi menempatkan kebahagiaan dalam konteks nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Dalam komunitas Muslim, kebahagiaan dikaitkan dengan kedekatan dengan Tuhan sebagai sumber utama kebahagiaan. Adanya keterikatan pada nilai gotong royong, musyawarah, dan keadilan sosial. Juga seimbang dengan alam dan tradisi yang berpihak pada kemaslahatan bersama. Nilai-nilai ini membentuk pola hidup yang membawa individu dan kelompok berlari dalam arah kebahagiaan yang selaras dengan fitrah manusia.


Penutup


Berlari dalam jalan kebahagiaan bukan sekadar mengejar kenikmatan duniawi, tetapi meniti perjalanan menuju keridaan Allah dengan mengintegrasikan keseimbangan spiritual, kesehatan mental, relasi sosial yang harmonis, dan nilai-nilai budaya yang luhur. Jalan kebahagiaan sejati adalah proses berkesinambungan yang menuntut usaha, kesabaran, dan pemahaman mendalam tentang tujuan hidup manusia.

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel