menu melayang

Rabu, 20 Agustus 2025

Tantangan Pendidikan Futuristik yang Memerdekakan

 


Oleh : H.S. Miharja, Ph.D


Pendidikan futuristik yang memerdekakan adalah pendidikan yang membebaskan manusia dari kebodohan, keterbelengguan mental, dan ketergantungan ekonomi, serta mendorong mereka menjadi insan berilmu, mandiri, produktif, dan berakhlak mulia. Tulisan ini membahas tantangan pendidikan di era global yang sarat teknologi, perbedaan kurikulum dari masa lalu hingga kini, serta kritik terhadap sistem pendidikan yang berorientasi pada ijazah dibandingkan keterampilan nyata. Kajian ini juga menawarkan solusi berbasis nilai-nilai Islam untuk mewujudkan pendidikan yang membebaskan dan relevan dengan masa depan.


Pendidikan adalah sarana pembentukan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan berdaya saing. Dalam Islam, pendidikan memiliki tujuan membentuk insan beriman, berilmu, dan beramal. Allah SWT berfirman:


 قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar [39]: 9)


Ditegaskan bahwa ilmu adalah pembeda utama kualitas manusia. Tantangan di era modern adalah bagaimana menjadikan ilmu sebagai alat pembebasan, bukan sekadar hiasan ijazah atau angka indeks prestasi.


Landasan Filosofis Pendidikan Memerdekakan

Pendidikan dalam perspektif Islam memerdekakan manusia dari kebodohan (jahl) dengan ilmu yang bermanfaat, membebaskan dari keterbelengguan hawa nafsu dengan akhlak mulia, dan membebaskan dari ketergantungan duniawi dengan keterampilan dan kemandirian ekonomi.


Rasulullah ﷺ bersabda:

 طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim (HR. Ibnu Majah).


Hadis ini menegaskan bahwa pendidikan adalah kewajiban universal yang berlaku sepanjang zaman dan untuk semua kalangan.


Perjalanan Kurikulum

Pada masa lalu, pendidikan berpusat pada guru dengan penekanan pada hafalan. Kelebihannya adalah kedisiplinan tinggi, namun kreativitas dan keterampilan praktis terbatas. Saat ini, Kurikulum berupaya memberikan fleksibilitas dan pembelajaran berbasis proyek. Meski memberi ruang kreativitas, penerapannya belum merata karena perbedaan fasilitas dan kesiapan SDM.


Ke depan, pendidikan futuristik diharapkan mengintegrasikan pembelajaran hibrid (hybrid learning), kecerdasan buatan (AI), dan personalisasi belajar. Pendekatan ini menjanjikan relevansi dengan pasar global, namun harus diantisipasi agar tidak menimbulkan kesenjangan teknologi.


Tantangan Pendidikan Futuristik

Tantangan utama meliputi ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan dunia nyata, dominasi mental pekerja dibanding wirausaha, lemahnya keseimbangan teknologi dengan akhlak, serta rendahnya budaya belajar seumur hidup. Banyak lulusan menguasai teori tetapi kesulitan membangun usaha, dan perkembangan teknologi kadang berjalan tanpa diiringi penguatan moral.


Solusi Pendidikan Futuristik

Harus ada Integrasi Ilmu, Keterampilan, dan Akhlak. Setiap jenjang pendidikan  memadukan Ilmu akademis yang kokoh, keterampilan kemampuan praktis sesuai bidang dan kebutuhan industri, akhlak nilai moral dan tanggung jawab sosial.


Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).


Model Kurikulum Futuristik

Kurikulum futuristik memberi porsi besar pada proyek kewirausahaan di sekolah dan kampus. Perbanyak magang langsung di industri sejak dini. Pembelajaran berbasis masalah nyata di masyarakat (problem-based learning).


Pemanfaatan Teknologi untuk Kemandirian

Kursus daring dan global networking harus diarahkan untuk mempercepat penguasaan keterampilan, mendorong inovasi produk, membuka peluang pasar internasional


Kolaborasi Dunia Pendidikan, Industri, dan Komunitas

Kemitraan strategis perlu dibangun. Perlu jaminan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar kerja. Terhubungkan lulusan dengan peluang usaha. Adanya pengembangan proyek riset terapan.


Budaya Belajar Sepanjang Hayat

Menanamkan kesadaran bahwa belajar tidak berhenti saat lulus. Hal ini didukung oleh hadis Rasulullah ﷺ:


 الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

Orang cerdas adalah yang mengoreksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati (HR. Tirmidzi). Orang berilmu harus terus mengembangkan diri untuk kebermanfaatan jangka panjang.


Kritik terhadap Pendidikan Formalistik

Jika pendidikan hanya menekankan ijazah dan IPK tanpa memperkuat keterampilan dan jejaring sosial, maka lulusan akan sulit beradaptasi di dunia nyata. Mereka lebih siap melamar pekerjaan daripada menciptakan peluang. Kondisi ini menuntut perombakan paradigma pendidikan menjadi lebih produktif dan mandiri.


Penutup

Pendidikan futuristik yang memerdekakan harus membentuk insan berilmu, berakhlak, dan berdaya saing. Solusi yang ditawarkan meliputi integrasi ilmu, keterampilan, dan akhlak. Kurikulum berbasis kemandirian adanya pemanfaatan teknologi untuk kemandirian, kolaborasi lintas sektor serta penguatan budaya belajar seumur hidup.


Jika langkah ini dijalankan secara konsisten, pendidikan akan melahirkan generasi yang tidak hanya bergelar, tetapi juga berdaya cipta, mampu memimpin perubahan, dan membawa maslahat bagi umat dan bangsa.


^Dosen Pascasarjana UIN Bandung

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel