Oleh : H.S. Miharja, Ph.D
Dalam kehidupan manusia yang fana ini, kematian adalah keniscayaan. Namun, yang menjadi perhatian utama bukan hanya mati, melainkan bagaimana seseorang mengakhiri hidupnya: apakah dalam keadaan diridhai Allah (ḥusnul khātimah), atau justru dalam murka-Nya (su’ul khātimah). Istilah su’ul khātimah berarti akhir hidup yang buruk, yakni meninggal dalam keadaan dosa, maksiat, atau berpaling dari ajaran Islam. Ini adalah bentuk akhir kehidupan yang paling ditakuti oleh orang-orang beriman.
Nabi Muhammad ﷺ telah memberi peringatan yang sangat menggetarkan hati:
"Sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amalan ahli surga sepanjang hidupnya, namun di akhir hayatnya ia beramal dengan amalan ahli neraka lalu ia pun masuk ke dalamnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Keterangan ini bukan untuk membuat manusia putus asa, tetapi memberi peringatan keras bahwa konsistensi iman dan amal sampai akhir hayat adalah keharusan.
Penyebab Su’ul Khātimah
Penyebab utama dari su’ul khatimah dapat dibagi dalam tiga ranah besar: aqidah, amalan, dan kondisi hati. Pertama, su’ul khatimah sering disebabkan oleh kerusakan aqidah. Seseorang yang jatuh dalam kesyirikan, meninggalkan Islam, atau menolak syariat Allah, bisa meninggal dalam keadaan kufur. Kedua, perbuatan dosa besar yang dilakukan terus-menerus tanpa taubat, seperti zina, mencuri, minum khamr, atau membunuh, menjadi jalan menuju akhir hidup yang buruk. Ketiga, kelalaian hati, seperti tidak pernah ingat kepada Allah, cinta dunia yang berlebihan, atau keras hati terhadap nasihat, menyebabkan seseorang berpaling dari kebaikan saat menjelang ajal.
Bahkan ada orang yang mati saat bermaksiat seperti dalam keadaan mabuk, berjudi, atau mengolok-olok agama. Ada pula yang mati dalam keadaan riya, merasa amalnya cukup untuk masuk surga padahal penuh kepalsuan. Inilah bentuk-bentuk nyata dari su’ul khātimah yang sangat mengerikan.
Solusi untuk Menghindari Su’ul Khātimah
Satu-satunya jalan untuk menghindari su’ul khatimah adalah menjaga hubungan dengan Allah sepanjang hayat, tidak hanya di masa muda atau ketika sakit. Ini mencakup: menjaga kemurnian tauhid dan menjauhi syirik, menjalankan ibadah fardhu dengan disiplin, menjauhi dosa besar dan memperbanyak taubat, hidup dalam lingkungan yang shalih, dan terus berdoa agar diwafatkan dalam iman.
Relasi Su’ul Khātimah dan Tempat Ibadah
Tempat ibadah seperti masjid, mushalla, pesantren, atau majelis taklim adalah benteng spiritual yang sangat penting dalam menjaga seseorang dari su’ul khatimah. Masjid bukan sekadar tempat sujud, tetapi pusat penyucian jiwa dan tempat bertumbuhnya kesadaran akan kematian dan akhirat.
Orang yang rutin menghadiri masjid untuk shalat berjamaah, mendengarkan ceramah, atau mengikuti halaqah Al-Qur’an, akan memiliki ikatan spiritual yang kuat dengan Allah. Ikatan ini menjadi pelindung dari kelalaian, karena suasana tempat ibadah selalu mengingatkan pada dzikir, taubat, dan kematian.
Betapa banyak orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah di tempat ibadah. Wafat setelah shalat, saat tilawah Al-Qur’an, atau ketika sedang sujud. Sebaliknya, orang yang jauh dari masjid cenderung lebih mudah terseret ke tempat-tempat maksiat. Maka, jarak seseorang dengan tempat ibadah mencerminkan arah kehidupannya: mendekat kepada Allah atau menjauh dari-Nya.
Penutup
Su’ul khatimah adalah peringatan yang sangat menakutkan bagi orang-orang beriman. Namun, Allah Maha Pengampun dan memberi jalan keluar bagi siapa pun yang ingin menjaga akhir hayatnya dengan baik. Salah satu cara terkuat untuk menjaganya adalah dengan menjadikan tempat ibadah sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
Menghidupkan masjid, memakmurkan mushalla, dan membiasakan diri berada di lingkungan religius adalah bentuk ikhtiar batin dan lahir agar kita diwafatkan dalam keadaan yang diridhai-Nya. Semoga Allah menganugerahkan kita ḥusnul khātimah, dan menjauhkan kita dari su’ul khātimah.
اللَّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ، وَلَا تَخْتِمْ عَلَيْنَا بِسُوءِ الْخَاتِمَةِ
Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan husnul khatimah, dan jauhkan kami dari su’ul khatimah.