Oleh : H.S. Miharja,
Ph.D
Cahaya berupa spektrum
yang membuat terang dari keadaan gelap gulita kepada terang benderang. Cahaya
dalam Diri ini masuk pada ruhani berupa Nur Islam, Nur Iman, dan Nur Ihsan.
Tiga tingkatan ini merupakan jalan menuju kedekatan dengan Allah dan
kebahagiaan abadi.
Nur Islam, Tanda Senang
Beribadah
Islam yang benar akan
memancarkan cahaya ke dalam hati. Salah satu tandanya adalah hati yang senang
beribadah, bukan terpaksa. Orang yang memiliki nur Islam akan mencintai shalat,
suka membaca Al-Qur’an, dan merasa rindu datang ke masjid.
Nabi
SAW bersabda
"ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ
مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً"
"Telah merasakan
manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya,
dan Muhammad sebagai Rasulnya." (HR. Muslim)
Nur Iman, Tersambung
Kepada Allah Setiap Waktu
Orang yang memiliki nur
iman, hatinya selalu hidup dan terhubung dengan Allah. Ia merasa Allah selalu
melihat dan memperhatikannya. Maka ia menjaga hati, tutur kata, dan amal
perbuatannya.
Rasulullah
SAW bersabda
"إِنَّ اللّهَ لاَ يَنظُرُ
إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ"
"Sesungguhnya
Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal
kalian." (HR. Muslim)
Nur Ihsan, Segala Amal
Hanya Untuk Ridha Allah
Tingkatan tertinggi
adalah nur ihsan, yaitu amal dilakukan bukan karena ingin pujian atau imbalan
dunia, tapi semata karena Allah. Inilah orang yang senantiasa merasa diawasi
oleh-Nya (muraqabah).
Hadis
Jibril menyebutkan:
"أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ"
"Engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari & Muslim)
Refleksi
Tiga nur ini bukan
teori kosong, tapi tanda kehidupan ruhani. Jika kita tidak merasa rindu pada
ibadah, tidak merasa diawasi Allah, dan amal kita belum ikhlas, itu tandanya
cahaya belum menyinari nurani kita.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا
نُورًا، وَفِي أَعْمَالِنَا نُورًا، وَفِي أَبْصَارِنَا نُورًا، وَفِي سَمْعِنَا نُورًا
Mari kita evaluasi hati
kita masing-masing. Apakah kita telah memiliki:
Nur Islam yang membuat
kita mencintai ibadah?
Nur Iman yang
menjadikan hati kita hidup bersama Allah?
Nur Ihsan yang membuat
kita ikhlas dalam beramal?
Jika belum, maka
perbanyaklah taubat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan hadir di majelis ilmu.
Karena cahaya iman itu turun melalui pintu-pintu tersebut.
Rasulullah
SAW bersabda:
"إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ
الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا" قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "حِلَقُ
الذِّكْرِ"
"Jika kalian
melewati taman-taman surga, maka berhentilah dan nikmatilah." Mereka
bertanya: 'Apa taman-taman surga itu?' Beliau menjawab: 'Majelis dzikir.'"
(HR. Tirmidzi)