menu melayang

Senin, 16 Juni 2025

KRISIS IDENTITAS, KESADARAN RELIGI MENUJU MAQOM LEBIH TINGGI

 



Oleh : H.S. Miharja, Ph.D

 

Krisis identitas ada pada tahap Identity vs Role Confusion. Individu berusaha menjawab pertanyaan penting seperti "Siapa saya?" dan "Apa tujuan hidup ini?". 

Krisis Identitas Personal

Marcia mengidentifikasi empat status identitas, yakni diffusion, foreclosure, moratorium, dan achievement. Pada status moratorium, individu berada dalam tahap eksplorasi peran dan nilai, tetapi belum membuat komitmen yang jelas. Pada titik ini, individu sering kali mengalami kebingungan identitas yang lebih intens, karena mereka tengah mencoba berbagai peran untuk menentukan siapa mereka sebenarnya. Status ini menunjukkan bahwa krisis identitas adalah bagian dari proses pencarian jati diri yang berlangsung sepanjang hidup.

Krisis Identitas Sosial

Dari perspektif sosiologi, krisis identitas dapat dilihat sebagai akibat dari perubahan sosial yang cepat dan peran sosial yang ambigu. Henri Tajfel, melalui teori identitas sosialnya, menyatakan bahwa individu membentuk identitas mereka melalui kelompok sosial tempat mereka berada. Kelompok-kelompok ini memberikan rasa keterhubungan dan legitimasi identitas. Namun, dengan perubahan budaya yang pesat seperti globalisasi dan urbanisasi. Fenomena ini dapat memicu krisis identitas, karena individu merasa terasing baik dari komunitas mereka yang lama maupun dari komunitas baru yang mereka coba masuki.

Selain itu, teori peran sosial yang dikemukakan oleh Talcott Parsons menjelaskan bahwa setiap individu memerankan berbagai peran dalam kehidupan sosial mereka, seperti peran sebagai anak, pekerja, atau anggota masyarakat. Ketika peran-peran ini tidak selaras dengan harapan masyarakat atau bertentangan antara satu dengan yang lain, individu mengalami role conflict, yang dapat memperburuk krisis identitas. Ketegangan ini semakin besar apabila individu merasa tidak diterima oleh kelompok sosial mereka atau merasa tidak dapat memenuhi peran sosial yang diharapkan dari mereka.

Modernisasi juga memainkan peran besar dalam krisis identitas. Anthony Giddens dalam teori disembedding menyatakan bahwa modernisasi mengarah pada proses pemutusan hubungan antara individu dengan struktur sosial tradisional yang memberikan makna dan stabilitas. Individu kini lebih sering menemukan diri mereka dalam situasi yang lebih fleksibel dan penuh ketidakpastian, di mana mereka harus terus-menerus menciptakan dan memperbaharui identitas mereka dalam menghadapi arus modernitas.

Krisis Identitas Religi

Dalam tasawuf, krisis identitas dipandang sebagai perjalanan spiritual menuju pemahaman diri yang sejati. Al-Ghazali, dalam Ihya Ulumuddin, mengajarkan bahwa kegelisahan hati adalah tanda dari ketidaksesuaian antara jiwa dengan fitrah ilahiah. Krisis identitas dalam tasawuf terjadi ketika seseorang terperangkap dalam keinginan duniawi dan tidak mampu mengenal hakikat dirinya yang lebih dalam. Tasawuf mengajarkan penyucian jiwa melalui proses tazkiyatun nafs yang bertujuan untuk membersihkan hati dari ego dan kecenderungan buruk yang menghalangi seseorang untuk mengenali kebenaran sejati tentang dirinya.

Menurut pandangan tasawuf, proses pembersihan jiwa ini tidak hanya membebaskan individu dari kebingungan identitas sosial, tetapi juga membawa mereka kepada pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup mereka. Al-Ghazali menekankan pentingnya memahami diri dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai jalan utama untuk menemukan kedamaian batin dan stabilitas identitas. Di dalam tasawuf, krisis identitas bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi dipandang sebagai peluang untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Tuhan dan mengungkap makna sejati kehidupan.

Ibn ‘Ajibah dalam Mi‘raj al-Tashawwuf menyebutkan bahwa perjalanan spiritual dalam tasawuf melalui tahapan nafs ammarah (jiwa yang cenderung buruk), nafs lawwamah (jiwa yang menyesal), dan nafs mutma'innah (jiwa yang tenang) adalah proses penting dalam mengatasi krisis identitas. Krisis ini muncul ketika jiwa berada dalam ketidakpastian dan kegelisahan, tetapi melalui latihan spiritual, individu dapat mencapai kedamaian batin dan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan spiritual.

Penutup

Krisis identitas adalah pengalaman universal yang dapat terjadi pada siapa saja, terutama dalam konteks perubahan sosial dan budaya yang pesat. Dari perspektif psikologi, krisis identitas adalah bagian dari proses perkembangan psikososial yang perlu dilalui individu dalam mencapai integrasi diri. Perspektif sosiologi menekankan peran penting lingkungan sosial dalam membentuk identitas, dan bagaimana perubahan budaya atau peran sosial yang bertentangan dapat memperburuk kebingungan ini. Sementara itu, dalam tasawuf, krisis identitas dipandang sebagai tantangan spiritual yang mengarah pada pemahaman diri sejati dan kedamaian batin.

 

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel