menu melayang

Minggu, 22 Juni 2025

BAGAIMANA PERJALANAN AGNOSTIK KE RELIGIUSITAS?

 



Oleh : Sugandi Miharja, Ph.D

 

Agnostik sering dipahami sebagai posisi skeptis terhadap keberadaan Tuhan. Ia bukan penolakan seperti ateisme, tetapi keraguan yang jujur dan terbuka. Namun dalam sejarah dan pengalaman spiritual banyak orang, keraguan ini sering menjadi pintu awal pencarian makna hidup yang lebih dalam. Dalam konteks ideologi, kita juga menyaksikan banyak individu atau bahkan masyarakat yang beranjak dari faham materialisme-komunis menuju kesadaran religius, khususnya Islam.

 

Agnostik berasal dari bahasa Yunani a (tidak) dan gnosis (pengetahuan), berarti "tidak tahu". Seorang agnostik mengakui keterbatasan akalnya dalam memastikan keberadaan Tuhan, namun tidak serta merta menolaknya. Sikap ini pada dasarnya bisa menjadi lahan subur untuk menumbuhkan kesadaran spiritual.

 

Agnostik cenderung pencari, mereka ingin bukti, makna, dan kejelasan. Mereka sering mempertanyakan esensi kehidupan, kematian, dan moralitas. Banyak agnostik berubah keyakinan ketika berhadapan langsung dengan pengalaman eksistensial atau spiritual.

 

Materialisme Komunisme sebagai Sistem Keyakinan

 

Komunisme sebagai paham politik dan ekonomi terlahir dari kritik terhadap ketimpangan sosial. Namun, sebagai ideologi, komunisme juga membawa paham ateistik-materialistik. Mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan, agama dianggap "candu masyarakat" (Marx), segala hal dijelaskan melalui materi dan konflik kelas.

 

Namun seiring waktu, banyak pemikir dan individu yang menyadari bahwa komunisme gagal memberi jawaban utuh tentang makna hidup, nilai moral, dan kedamaian batin.

 

Kenyataannya banyak pemikir komunis, seperti Roger Garaudy (Prancis), yang akhirnya berpindah ke Islam karena menemukan kekosongan spiritual dalam komunisme. Ia mengatakan bahwa dalam Islam, ia menemukan “Tuhan yang tidak menindas manusia, melainkan memuliakannya.”

 

Pencarian dan Pencerahan dari Agnostik ke Islam

 

Dalam perjalanan pencarian itu, pertanyaan-pertanyaan eksistensial mulai muncul. Siapa saya dan untuk apa saya hidup? Apa yang terjadi setelah mati Apakah keadilan sejati mungkin tanpa Tuhan?

 

Banyak orang yang kemudian menjumpai Islam bukan sebagai doktrin dogmatis, tetapi sebagai jalan hidup yang rasional sekaligus spiritual.

 

Islam menjawab keraguan dengan tauhid keesaan Tuhan yang sederhana dan logis. Wahyu (Al-Qur’an) berisi pengetahuan, sejarah, moral, dan petunjuk kehidupan. Rasul teladan manusia yang membumi. Akhirat memberi makna pada penderitaan dan keadilan abadi.

 

Transformasi dari Materialisme ke Religiusitas

 

Perubahan ini bukan hanya terjadi pada tingkat personal, tapi juga kolektif. Contohnya banyak negara bekas Soviet yang kini mengalami kebangkitan spiritual Islam. Di Indonesia, sebagian aktivis eks-Marxis atau sosialis dapat menjadi tokoh dakwah Islam.

 

Faktor-faktor transformasi ini kegagalan ideologi materialistik dalam menjawab kebutuhan jiwa. Mereka tertarik pada sistem nilai Islam yang adil dan manusiawi. Juga lengalaman batin dan krisis hidup yang membuka hati untuk menerima agama.

 

Penutup, Keraguan sebagai Awal Iman

 

Keraguan (doubt) bukan musuh iman, tapi bagian dari jalan menuju keyakinan. Justru dalam pergulatan akal dan jiwa, manusia menemukan kedalaman spiritual. Islam hadir bukan untuk menolak logika, tetapi untuk menyempurnakannya dengan wahyu.

 

 "فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ"

“Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah” (QS. Muhammad: 19). Kata "ketahuilah" (fa'lam) menunjukkan bahwa iman dalam Islam dibangun di atas ilmu dan pencarian, bukan sekadar warisan. Ruang Bertanya, Ruang Bertumbuh. Dari keraguan agnostik hingga kepasrahan religius, manusia tidak statis. Islam memberi ruang bagi orang yang bertanya, asal ia ikhlas mencari kebenaran. Dan sebagaimana Allah berjanji:

 

 "وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا"

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari) keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel