Oleh : H.S. Miharja,
Ph.D
DNA
(Deoxyribonucleic Acid) dipandang sebagai cetak biru biologis manusia dengan
takdir hidup. DNA ini memengaruhi kecenderungan fisik, intelektual, dan
emosional seseorang. Kemajuan ilmu genetika telah membawa manusia kepada
pemahaman bahwa DNA memiliki peran penting. DNA dapat menentukan berbagai aspek
potensi kecerdasan, risiko penyakit, hingga sifat kepribadian. Pertanyaan utama
yang diajukan adalah sejauh mana DNA menentukan nasib manusia?
DNA sebagai Cetak Biru
Biologis
DNA
menyimpan informasi genetik yang menentukan karakteristik biologis makhluk
hidup. Dalam konteks manusia, DNA membentuk dasar bagi pewarisan sifat seperti
warna mata, golongan darah, hingga kecenderungan terhadap penyakit atau
kemampuan kognitif.
Namun,
sains modern pun mengakui bahwa DNA bukan satu-satunya penentu hidup.
Lingkungan, pola asuh, pendidikan, dan spiritualitas sangat berpengaruh dalam
membentuk kepribadian dan arah hidup seseorang.
Pandangan
Islam tentang Takdir (Qadar)
Islam
memandang bahwa segala sesuatu, termasuk sifat genetik manusia, telah
ditentukan oleh Allah dalam ilmu-Nya yang azali. Ini disebut dengan qadar.
QS. Al-Qamar: 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)."
Dengan
demikian, DNA sebagai sistem biologis adalah bagian dari qadar Allah. Namun,
Islam tidak mengajarkan fatalisme. Manusia diberi akal dan kebebasan berusaha.
DNA dan Kesuksesan
Hidup
Beberapa
gen dikaitkan dengan kemampuan belajar, ketekunan, dan kreativitas. Namun Islam
menegaskan bahwa kesuksesan adalah hasil dari usaha dan ridha Allah.
QS. An-Najm: 39–41
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ
"Dan bahwa manusia
hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan bahwa usahanya itu kelak
akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna."
Kesuksesan
bukanlah turunan genetik semata, melainkan hasil sinergi antara potensi, usaha,
dan keberkahan.
DNA dan Penyakit
sebagai Ujian
Beberapa
penyakit seperti kanker, diabetes, dan thalassemia berhubungan dengan mutasi
genetik. Islam memandang penyakit bukan sebagai kutukan, tetapi sebagai ujian
dan sarana untuk kembali kepada Allah.
ما أنزل اللهُ داءً، إلا أنزل له شفاءً، علمه من
علمه، وجهله من جهله
"Tidaklah Allah
menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Ada yang
mengetahuinya dan ada pula yang tidak."
(HR. Muslim)
Dengan
demikian, meski DNA membawa risiko penyakit, Allah menyediakan obat dan manusia
diperintahkan untuk berikhtiar.
DNA dan Religiusitas,
Apakah Iman Diturunkan?
Beberapa
ilmuwan mencoba mengaitkan religiusitas dengan ekspresi gen tertentu. Namun
dalam Islam, keimanan adalah anugerah Allah dan hasil bimbingan serta pilihan
manusia.
QS. Al-Baqarah: 2
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
"Kitab (Al-Qur’an)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."
Hadis Riwayat Bukhari
dan Muslim
كلُّ مولودٍ يُولَدُ على الفِطرةِ، فأبواهُ يُهوِّدانهِ
أو يُنصِّرانِه أو يُمجِّسانِه
"Setiap anak
dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
Fitrah
(potensi spiritual) bukan hasil genetika, tetapi ditiupkan Allah dalam ruh
manusia.
Penutup
DNA
adalah bagian dari takdir Allah yang menentukan potensi biologis seseorang.
Namun, Islam tidak membatasi nasib manusia hanya pada unsur genetik.
Kesuksesan, kesehatan, dan keimanan ditentukan oleh kombinasi antara potensi
genetik, usaha, lingkungan, dan kehendak Allah SWT. Dengan demikian, manusia
tetap bertanggung jawab atas pilihannya dan diperintahkan untuk berikhtiar.