menu melayang

Kamis, 26 Juni 2025

JALAN SPIRITUAL ORANG ALIM DAN ARIF DALAM JAGAT ILMU PENGETAHUAN




Oleh : H.S. Miharja, Ph.D


Dewasa ini, banyak orang menempuh pendidikan tinggi dalam berbagai bidang ilmu umum seperti sains, teknologi, ekonomi, psikologi, hukum, dan lainnya. Mereka berjuang memperoleh gelar dan keahlian yang bermanfaat bagi masyarakat dan Negara. Namun, dalam dimensi spiritual Islam, ilmu lahiriah belumlah cukup jika tidak mengantarkan manusia kepada makrifatullah (pengenalan kepada Allah). Maka muncullah kerinduan di antara sebagian kaum intelektual untuk tidak hanya menjadi orang alim, tetapi juga arif, yaitu pribadi yang mengenal Allah secara batiniah dan hakiki.


Pertanyaan penting pun timbul: "Bisakah penuntut ilmu umum menjadi seorang arif? Bagaimana jalan spiritualnya?"


KONSEP ILMU DAN KEARIFAN


Para ulama tidak menolak ilmu umum. Bahkan Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin membagi ilmu menjadi Ilmu Fardhu ‘Ain, Ilmu agama yang wajib diketahui setiap muslim; Ilmu Fardhu Kifayah, termasuk di dalamnya ilmu umum seperti kedokteran, teknik, manajemen, dll, yang penting bagi maslahat umat. Namun, ilmu itu akan bernilai tinggi jika niatnya lurus untuk mengabdi kepada Allah dan kemanusiaan. Seperti firman Allah

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)


Alim dan Arif dalam bentangan dimensi ilmu dan rasa.  Orang alim menguasai ilmu, baik agama maupun umum, tetapi belum tentu mengenal Allah secara batin. Orang arif menghayati keberadaan Allah dalam segala aspek kehidupan, bahkan dalam profesi dan disiplin keilmuannya.


Seorang arif bisa berasal dari latar belakang apa pun seperti dosen, peneliti, teknokrat, dan ilmuwan selama ia menyucikan hatinya, menghadirkan Allah dalam ilmunya, dan menggunakannya untuk kebaikan dan ketundukan kepada-Nya.


TINGKATAN ORANG ALIM DAN ARIF


Tahapan Spiritual Penuntut Ilmu Menuju Arif ada dalam ragamnya. Alim Akademik (Logis dan Teoritis), awalnya seorang pembelajar fokus pada fakta, data, dan konsep. Ini adalah jalan intelektual. Alim Reflektif (Etik dan Mistik, mulai menanyakan makna di balik ilmunya untuk apa aku belajar? Apa tujuan akhir hidup? Di sinilah mulai masuk ke wilayah hikmah. Alim Spiritualitas (Ilmu yang Mengantar kepada Allah)

Ia mulai mengaitkan ilmunya dengan keimanan dan kesadaran ilahi. Misalnya, ilmuwan fisika yang merenungkan keagungan penciptaan semesta. Arif billah (Orang yang Mengenal Allah), 

Puncaknya, mengalami dzauq (rasa ruhani), menyatu dengan makna hidup yang ilahi, meski ia tetap meneliti, mengajar, dan bekerja. Ilmunya jadi jalan ubudiyyah.




Ciri Orang Arif dari Kalangan Ilmu Umum, ia selalu merasa diawasi Allah dalam kerja ilmiah dan akademiknya (muroqobah). Ia tidak sombong dengan gelar atau kepintaran, bahkan merendah dan dermawan dalam menyebar ilmu. Menjaga zikir dan ibadah di sela kesibukan ilmiah. Mampu melihat ilmu bukan sebagai tujuan akhir, tapi sebagai kendaraan menuju Allah.


JALAN MENUJU KEARIFAN BAGI PENUNTUT ILMU UMUM


Niat sebagai Pangkal Jalan, sebagaimana sasulullah SAW bersabda

 إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Jika belajar karena ingin lebih dekat kepada Allah dan berguna bagi umat, maka jalan itu sudah menjadi ibadah.


Penyucian Diri di Tengah Aktivitas Ilmiah, meski sibuk kuliah, mengajar, atau meneliti, seseorang tetap bisa membersihkan jiwanya dengan: zikir sederhana tapi istiqamah, membaca Al-Qur’an, shalat tahajud meski sekali seminggu, menjaga adab dalam interaksi ilmiah, merenungi kebesaran Allah dalam bidang keilmuannya.


Belajar dari Ulama yang Ahli Ilmu Umum, contoh yang populer seperti Jalaluddin Rumi sang penyair dan filsuf, Ibnu Sina sang dokter dan filsuf, Nasiruddin Thusi sang astronom yang arif. Mereka tidak memisahkan antara ilmu, iman, dan makrifat.


PENUTUP


Menjadi alim adalah langkah mulia, tetapi menjadi arif adalah tujuan hakiki dalam ilmu. Para penuntut ilmu umum pun memiliki peluang besar untuk mencapai ke-arifan, asalkan ilmu tersebut dikembalikan untuk Allah, disertai dengan mujahadah dan zikir. Arif bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menjadikan dunia sebagai ladang mengenal Allah.


Setiap institusi pendidikan perlu menyinergikan ilmu pengetahuan dengan dimensi spiritualitas Islam, sehingga melahirkan insan kamil,  bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tercerahkan secara batin

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel