Oleh
: H.S. Miharja, Ph.D
Wuquf di Padang Arafah
menjadi momentum paling sakral, menandai ta'aruf ruhani antara manusia dan
Tuhannya dalam ibadah haji. Jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia
berkumpul dalam satu waktu dan tempat, menjadikan Arafah sebagai panggung
pengakuan ruhani, penyatuan spiritual, dan simbol ma'rifatullah. Artikel ini
mengkaji fenomena spiritual tersebut dengan pendekatan teologis dan historis,
menyoroti makna simbolik Padang Arafah, sejarah pertemuan Nabi Adam dan Siti
Hawa, serta transformasi ruhani yang dialami jemaah haji dalam lanskap
geografis yang ekstrem namun penuh berkah.
Ibadah haji adalah
salah satu dari lima rukun Islam dan menjadi bentuk ibadah yang menggabungkan
dimensi fisik, sosial, dan spiritual. Di antara semua ritualnya, wuquf di Arafah
pada 9 Dzulhijjah menjadi inti dan penentu sah tidaknya haji. Seperti disebutkan
dalam hadis Rasulullah SAW:
"الحج عرفة"
“Haji itu adalah
Arafah.”
(HR. Tirmidzi dan Abu
Dawud)
Pembeda dari ibadah haji terletak pada wuquf di Arafah. Padang Arafah menjadi saksi bisu perjumpaan spiritual jutaan manusia yang datang dari seluruh penjuru dunia. Jutaan orang tetap berdiri, berdoa, dan menangis terharu, menandakan adanya panggilan ruhani yang tidak digerakkan oleh logika duniawi, melainkan oleh kekuatan iman.
Padang Arafah dan
Taaruf Ruh Religi
Ta'aruf secara bahasa
berarti saling mengenal. Dalam konteks haji, wuquf di Arafah adalah proses
ta'aruf ruh antara manusia dan Rabb-nya, antara hamba dengan kesadaran
eksistensial.
Kepatuhan dan Kerinduan
Ruh Religi Menuju Arafah
Ibadah haji adalah
manifestasi ketundukan ruhani tertinggi seorang Muslim kepada Allah. Di antara
semua rukunnya, wuquf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah adalah puncaknya.
Hal ini menunjukkan
betapa sentralnya Padang Arafah, bukan sekadar tempat geografis, melainkan
ruang spiritual tempat ruh-ruh berkumpul dalam satu tujuan: menghadapkan diri
seutuhnya kepada Allah, tanpa membedakan bangsa, status, atau warna kulit.
Kerinduan menuju Arafah
merupakan pantulan fitrah ruhani manusia yang haus akan pertemuan agung dengan
Tuhan. Ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi ziarah ruhani, simbol kerinduan
primordial manusia kepada asal muasalnya kepada Allah sebagai Pencipta.
Jumlah Jemaah Haji
Sedunia
Jumlah jemaah haji
setiap tahunnya mencapai lebih dari 2 juta orang dari berbagai belahan dunia.
Berikut gambaran statistik rata-rata: 2019 ±2,5 juta jemaah (tertinggi sebelum
pandemi), 2023 ±1,8 juta jemaah. 2024 diperkirakan kembali mencapai ± 2 juta
lebih.
Ini adalah salah satu
peristiwa tahunan terbesar di dunia yang melibatkan massa secara damai dan
terorganisir, yang tidak semata karena komando duniawi, tetapi oleh panggilan
keimanan dan kepatuhan ruh terhadap perintah Ilahi.
Luas dan Kondisi
Ekstrem Padang Arafah
Padang Arafah terletak
sekitar 20 km dari kota Mekkah, dengan luas kira-kira 10,4 km² (sekitar 1040
hektar). Tempat ini hamparan padang tandus yang biasanya panas ekstrem, dengan
suhu yang bisa mencapai >50°C saat musim haji. Tidak ada bangunan besar atau
tempat berteduh alami, hanya tenda-tenda putih sementara.
Namun, jutaan orang
tetap berduyun-duyun menuju Arafah karena mereka tidak digerakkan oleh
kenyamanan dunia, melainkan oleh panggilan ruh dan kesadaran iman.
Arafah dan Pertemuan
Nabi Adam dan Siti Hawa
Menurut sebagian
riwayat ulama dan sumber-sumber tafsir klasik Padang Arafah dipercaya sebagai
tempat pertemuan pertama Nabi Adam dan Siti Hawa setelah diturunkan dari surga.
Mereka terpisah selama bertahun-tahun hingga bertemu kembali di Arafah.
Kata "Arafah"
berasal dari akar kata "‘arafa" (عرف) yang berarti mengetahui atau
mengenali. Karena di sinilah Adam mengenali kembali Hawa.
Simbol ini sangat kuat,
manusia yang terusir dari surga kembali mencari Tuhan dan pasangan hidupnya,
dan Arafah menjadi titik pertemuan antara taubat, kasih, dan pengakuan.
Makna Filosofis dan
Religius
Ruh manusia punya
kerinduan eksistensial untuk kembali ke asalnya, dan Arafah menjadi
representasi tempat "berkumpulnya ruh-ruh yang merindu".
Wuquf di Arafah adalah miniatur Mahsyar, tempat semua manusia akan dikumpulkan kelak. Maka ia sekaligus mengandung hikmah eskatologis (pengingatan akan hari akhir).
Suasana Arafah adalah
suasana munajat, tangis, doa, dan tobat massal, menjadikan Arafah sebagai pusat
getaran ruhani umat Islam sedunia.
Penutup
Berkumpulnya jutaan
jiwa di Padang Arafah bukan hanya peristiwa fisik, tetapi merupakan manifestasi
kepatuhan ruh terhadap panggilan ilahi. Di tengah cuaca ekstrem dan
kesederhanaan tempat, umat Islam menghadirkan kesatuan ruhani dan sosial,
mengenang pertemuan pertama manusia (Adam-Hawa), dan menyiapkan diri untuk
pertemuan agung dengan Tuhan.